Image and video hosting by TinyPic

Di Perkosa Secara Tragis..

 Namanya adalah Widia. Wanita berusia 28 tahun itu telah dikarunia anak berusia 3 tahun. Meski telah menjadi seorang istri Widi Tampak seperti seorang wanita lajang dikarenakan postur tubuhnya yang tetap padat berisi dan tidak ada tanda-tanda kendor di bagian-bagian tubuhnya sebagai wanita-wanita yang telah mempunyai anak. Terlebih lagi bibir sexy dan tubuh sekal yang dimilikinya menjadikan daya tarik tersendiri yang membuat banyak laki-laki Menghayalin bagaimana rasanya mencium bibir sexy itu atau memeluk tubuh padatnya.



Suaminya yang seorang wiraswasta itu sangat beruntung sekali mempunyai istri seperti Widi yang mempunyai perhatian lebih terhadap penampilannya. Hal ini memang berkaitan dengan pekerjaan Widi sebagai seorang PR di sebuah bank swasta. Semenjak bekerja di bank tersebut Widi mempunyai jalan karir yang cukup cemerlang karena hanya dalam jangka beberapa tahun saja sejak diterima untuk bekerja di bank tersebut dia telah menempati posisi sebagai Senior PR. Dia dai menyesuaikan diri itulah yang menyebabkan dia banyak disukai orang termasuk oleh para customer bank tempat dia bekerja. Posisi sebagai PR senior menyebabkan Widi sering dipindah tugaskan ke cabang-cabang untuk memberikan training kepada para PR junior.

Hari ini Widi bergegas bangun. Waktu telah menunjukkan jam 6 pagi. Senin pukul 9 ia punya jadwal bertemu dengan Direktur bank serta beberapa rekannya yang berminat untuk melakukan investasi pada bank tempat Widi bekerja. Widi merasa semua telah siap karena bahan-bahan yang harus dia presentasikan telah dia susun dengan seksama pada hari Minggu kemarin. Dia bangkit dari tempat tidur kemudian segera mengambil handuk mandi. Sebelum masuk ke kamar mandi dia menuju ke meja telepon terlebih dahulu. Setelah memutar nomor yang dia kehendaki lantas terjadilah percakapan.

“Bang dimana…..?”

“Masih di kota Banda”….Terdengar suara sesorang menjawab dari speaker telepon.

Hari itu suami Widi memang berada di kota lain untuk kepentingan bisnis. Sebagai wiraswasta pemula suaminya memang harus bepergian ke sana ke mari dalam rangka membangun bisnisnya,

“Hari ini aku akan berjumpa investor Bang, doain berhasil yach….” Widi berkata.

“Ok. Semoga sukses sayang. Abang akan pulang 3 hari lagi. Nanti kita ajak anak kita Desy jalan-jalan setelah saya pulang…..” timpal suaminya.

“Ok dech. Aku mandi dulu sampai ketemu ya sayang mmmuuuaahhhh…..”

Widi berkata lagi dan setelah pembicaraan singkat dia mematikan speaker telepon dan begegas masuk ke kamar mandi.

Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi dan Widi telah siap berangkat. Dari rumah menuju kantor membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Seperti biasa faktor macet kota Jakarta adalah kendala utama dalam menempuh perjalanan dalam kota. Widi harus berangkat agak pagian karena harus menitipkan Desy anaknya terlebih dahulu kepada mertuanya. Segala keperluan untuk Desy telah dia siapkan sehingga dengan nyaman dia dapat meninggalkan anaknya menuju kantor. Sesampainya di kantor sekitar 8:30 Widi segera menemui Direktur bank tersebut untuk berdiskusi pendek mengenai poin-poin penting yang akan dibicarakan dalam pertemuan bisnis nanti. Pak Eko, demikian nama Direktur bank tersebut yang berusia sekitar 40 tahun, mempersilakan Widi masuk ke ruang kerjanya. Semenjak Widi duduk di ruang tamu tempat kerjanya pandangan Pak Eko tidak henti-hentinya menatap Widi. Rupanya Pak Eko takjub dengan kecantikan Widi pada hari itu yang mengenakan official cap bank berwarna merah. Kulitnya yang kuning langsat itu memang sesuai dengan warna seragam yang Widi kenakan. Rok sedikit di atas lutut itu semakin memperlihatkan sebagian paha mulus Widi ketika duduk. Pak Eko sesekali melirik ke arah paha mulus tersebut ketika sedang berbicara.





“Begini Widi…konsorsium pengusaha dari asia afrika akan datang. Mereka adalah calon investor bank kita. Seperti yang telah kamu ketahui bank kita mengalami goncangan karena isu kenaikan dolar. Banyak nasabah yang melakukan rush. Oleh sebab itu ini adalah kesempatan untuk menstabilkan kondisi bank kita”

“Baik Pak nanti akan saya paparkan mengenai bank kita serta peluang-peluang yang ada….” ucap Widi.

Setelah briefing selama 15 menit Widi keluar dari ruangan Pak Eko. Dalam hati Widi berkata ternyata boss-nya agak mata keranjang juga.

Tepat pukul 9 tamu dari konsorsium pengusaha asia afrika datang. Mereka ada 4 orang. Dua orang jelas dari afrika karena kulit hitam legamnya sedangkan dua orang lagi dari timur tengah dan India. Mereka diterima langsung oleh pak Eko dan diajak masuk ke dalam ruang meeting. Sekitar 5 menit kemudian Widi datang ke ruangan tersebut dan pak Eko memperkenalkan mereka kepadanya.

“Well my fellows this is Widi my gorgeous PR of this company”……demikian pak Eko berkata yang lansung di sambut dengan senyum oleh para tamunya.

“Frankie…glad to see you” kata seseorang yang berasal dari Afrika.

“Glad to see you too Mr. Frankie” jawab Widi.

Demikian pula 3 orang yang lain masing-masing memperkenalkan diri pada Widi. Mereka adalah Jeremi seorang Afrika pula, Paulo dari Timur Tengah, serta Maveer dari India. Frankie dan Jeremi berusia sama yakni 41 tahun sedangkan Paulo dan Mahveer masing-masing 37 dan 35 tahun. Keempatnya memiliki postur tubuh tinggi, tidak kurang dari 175 cm.

Selanjutnya acara presentasi di mulai. Widi sedikit Grogi membawakan presentasi dalam bahasa inggris karena baru pertama kali dia membawakannya. Tetapi kecanggungannya itu semakin mempercantik wajahnya yang bersemu merah ketika dia sedikit kesulitan untuk mencari suatu kata yang dipandang tepat untuk dia ucapkan dan mudah dipahami oleh para tamunya. Untunglah Pak Eko yang pasif berbahasa inggris itu banyak membantu untuk menjelaskan hal-hal yang dipandang perlu untuk dibuat detail sehingga para tamu benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh Widi. Setelah presentasi selama 30 menit kemudian dilanjutkan diskusi hingga acara makan siang di bank tersebut. Setelah acara makan siang itu pertemuan direncanakan untuk dilanjutkan pada sore hari setelah konsorsium itu mengadakan pembicaraan tersendiri.

Waktu telah menunjukkan jam 4 sore. Hari ini Widi beserta Pak Eko dan tamunya akan ke puncak untuk mendapatkan keputusan para investor. Di puncak mereka akan mengadakan meeting di villa milik Johnson seorang usahawan perkebunan. Johnson yang berusia 43 tahun itu adalah teman dekat Eko. Meski usianya sudah menuju setengah abad tetapi penampilannya masih mengikuti trend anak muda termasuk menggunakan satu tindik di telinganya. Badannyapun masih kelihatan kekar. Tingginya sekitar 170 cm satu senti di bawah Pak Eko. Eko telah memberitahunya kalo dia akan ke villanya bersama tamunya.

Jam 6:30 Sore mereka sampai di Villa dan disambut oleh Johnson. Widi memberi tahu mertuanya kalau dia akan pulang malam karena urusan kantor. Setelah beristirahat sejenak pembicaraan langsung mengarah ke persoalan semula. Konsorsium menyetujui untuk melakukan investasi di bank tempat Widi bekerja. Pak Eko sungguh gembira mendengar hal ini. Kemudian dia berkata pelan kepada Widi kalo posisinya akan dipromosikan menjadi Asisten Manager. Tentu saja Widi sangat senang mendengar hal ini. Selanjutnya Frankie mendekati Pak Eko sambil berbisik sesuatu. Terlihat kening Pak Eko berkerut tetapi kemudian, setelah memberikan kedipan mata kepada Johnson, dengan tersenyum dia mendekati Widi.

“Ehm…. Begini Widi untuk merayakan kesuksesan ini kita akan mengadakan pesta”

“Pesta apa pak” tanya Widi…..

Belum menjawab pertanyaan WIdi, Pak Johnson bangkit dari tempat duduknya dan segera mendekati Widi yang berdiri di dekat Pak Eko. sekalian Pak Johnson memeluk Widia dari belakang yang lansung membuatnya kaget setengah mati.

“Aaadd……ada apa ini pak?”

Suara Widi bergetar, menandakan ada ketegangan dalam batinnya. Secara reflek dia melepaskan diri dari pelukan Pak Johnson. Pak Eko menjawab

“Tidak ada apa-apa Wid….” Sambil tersenyum Pak Eko melanjutkan perkataannya

“Kami hanya ingin berpesta denganmu”

“Iya kami ingin menikmatimu” jelas Pak Johnson dengan cepat

“Aapp…Apa maksudnya?” Widia masih bertanya dengan suara bergetar

“Ehmm…maksudnya…Lets do what you want guys..” Sorak Pak Johnson

“Lets play friends, lets enjoy her nice body” jawab Jeremi segera.

Keempat pria besar tersebut berjalan mendekati Widia yang kelihatan ketakutan.

“Tolong pak,….apa maksudnya semua ini?” Suara Widia semakin bergetar.

“Lets play honey I want fuck your pussy” Jeremi berkata sambil memegang dagu Widia.

Tiba-tiba terdengar suara “Plak”. Rupanya Widi menampar Jeremi yang bersikap kurang ajar kepadanya. Sejenak Jeremi terkejut dengan tamparan Widia. Namun hanya dalam hitungan detik kemudian dia langsung mendekap Widia dan mendorongnya ke sofa. Widia yang tidak siap tersebut terjatuh di sofa dan Jeremi langsung menindihnya.

“Aaaa……tttooollooong” teriak Widia.

Jeremi berusaha untuk mencium Widia. Tangan kirinya menjambak rambut Widia dari belakang agar tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha menghindar ciumannya. Tangan kanan Jeremi pun tidak kalah garangnya meremas buah dada Widia yang berukuran 36B itu dengan kasar.

“Ttooollong……tolong saya pak Eko” Jerit Widia.

Pak Eko hanya terlihat menyeringai. Tatapan matanyapun mulai memerah menandakan unsur birahi mulai menyelimuti dirinya. Apalagi melihat Widia yang meronta-ronta dalam dekapan Jeremi sehingga rok merahnya tersingkap dan memperlihatkan paha mulusnya. Celana dalamnya yang berwarna ungu itupun sesekali terlihat dalam rontaannya dalam usaha melepaskan diri dari tindihan Jeremi . Meskipun Jeremi berbadan besar tetapi dia merasa kesulitan untuk menjinakkan Widia.

“Hold her hands guys…” serunya.

Dengan cepat Frankie mendekati sofa dan memegang kedua tangan Widia dan menahan di atas kepalanya sehingga Widia tidak bisa lagi untuk berusaha mendorong tubuh Jeremi yang menggumulinya. Tanpa disuruh Paulo dan Maveer membantu memegang kaki Widia sehingga sekarang Widia-pun tidak bisa untuk berusaha menendang. Posisi Widia dibuat terlentang di atas sofa, hanya sedikit bergeser ke kanan dan kiri-lah yang ia bisa lakukan. Dengan kedua tangannya Jeremi menahan kepala Widia dan mencium bibir sexynya dengan kasar.

“MMMmmhhhhhhhh……….”

Widia tidak bisa berteriak. Suaranya seperti orang bergumam. Sejenak Jeremi melepaskan ciumannya. Kesempatan ini digunakan Widia untuk berteriak

“Baaaanggggssaaatttttthhhmmmmmm”….

Suaranya kembali tertahan ketika Jeremi kembali melumat bibirnya. Lidah Jeremi bermain-main di dalam ronga mulut Widia. Widia mulai terlihat menangis karena merasa tidak berdaya. Air matanya meleleh membasahi pipinya yang mulus. Tiba-tiba Jeremi bangkit dari tubuh Widia, sedangkan tiga orang temannya masih tetap memegangi kaki dan tangan Widia dengan kuat. Pak Johnson yang dari tadi menonton berjalan mendekati sofa. Ditangannya tertenteng sebuah handycam. Rupanya dia berminat untuk merekan adegan pemerkosaan itu. Setelah meng”on”kan handycam-nya dia mulai merekam keadaan Widia yang terlentang sambil dipegangi tangan dan kakinya.

“Pak Johnson….ttoolong lepaskan saya” Widia menghiba dan menangis.

Pak Johnson tidak menjawab. Dia masih asik terus merekam gambar Widia mulai meng-closeup wajahnya, bagian dadanya, kakinya bahkan berusaha untuk merekam bagian dalam rok Widia yang tersingkap ke atas. Di bagian layar monitor itu nampak jelas celana dalam Widia yang berwarna Hitam.

“Pak Eko …tolong saya pak, jangan lakukan ini pada saya” Widia terus menghiba.

Pak Eko hanya terus menyeringai menonton adegan Widia direkam.

Part 2

Jeremi yang tadi bangkit dari tubuh Widia telah melepas baju bagian atasnya. Kelihatan sekali tubuhnya yang tegap, mirip dengan petinju Mike Tyson. Handycam diarahkan ke Jeremi yang kembali mendekati tubuh Widia. Kedua tangan Jeremi menuju ke arah bagian atas baju putih yang dikenakan Widia. Widia pun mulai panik.

“Jjjaangaannnn……nnoooooo” ucapnya.

Tiba-tiba terdengar “Sssshhreeekkkkk” suara kain robek. Jeremi  membetot baju Widia yang menyebabkan kancing-kancingnya terlepas entah kemana. Nampak bagian dada Widia dengan BH warna Pink yang ia kenakan. Widia semakin menjerit-jerit panik. Hatinya semakin ciut manakala terbayang bahwa tubuhnya akan dijadikan piala bergilir oleh 4 orang asing dan 2 orang pribumi. Johnson yang dari tadi merekam gambar mengarahkan lensanya ke bagian dada Widia. Tak lama kemudian BH itupun telah putus ditarik oleh Jeremi . Kedua tangan Jeremi dengan kasar meremas buah dada Widia.

“Aaaddduhhhhh……..tttttttt”

“Jaaannggaaannnnn..”

“Noooo ….please” Widia berteriak memaki sambil menangis.

Namun semua orang yang ada di ruangan itu hanya tertawa. Meski ukurannya hanya 36B tetapi Jeremi dapat merasakan kekenyalan dua gunung Payudaranya itu. Dia terus meremas dan memilin puting payudara Widia tanpa menghiraukan tangisan Widia. Kemudian Jeremi juga menyedot-nyedot kedua susu Widia yang berwarna putih mulus itu. Setelah puas memainkan payudara Widia, Jeremi bangkit lagi dan melepas celana panjang berikut celana dalam yang ia kenakan. Nampak penis pria negro itu yang sudah menegang. Ukurannya luar biasa dibandingkan milik pria pribumi. Melihat Jeremi telanjang Widia menjerit Histeris

“Aaaaaaaaaa……tidaaaakkkkkk……nooooooooo please”

Tanpa banyak buang waktu Jeremi mencari belahan rok Widia.

“Ssrreeeeetttt” maka sobeklah rok yang Widia kenakan.

“Bangsaaatt……..jangan lakukan itu padaku” Jerit Widia.

Kemudian celana dalamnya pun telah robek ditarik paksa oleh Jeremi .

“Jaaangaaannnnnnnnnnnnnnnn…ttttooooolllongggggggg”

Kini tubuh Widia bagian pinggang ke bawah tanpa sehelai benangpun. Hanya baju putih serta official cap warna merah yang ia kenakan. Itupun kondisinya telah terbuka berantakan memperlihatkan dua gunung kembarnya yang mungil.

“Aaggghhrrrrrrr….” Tiba-tiba Widia menjerit.

Rupanya Jeremi telah mengoral vagina Widia yang terbuka. Kaki Widia dibuat mengangkang sehingga Jeremi semakin leluasa mempermainkan vagina Widia. Widia terus menangis dan merasa sangat malu karena bagian-bagin tubuhnya yang selama ini dia rahasiakan telah terbuka dengan jelas dan dipelototi oleh 5 orang lainnya yang dari tadi memperhatikan apa yang dilakukan oleh Jeremi . Nafsu birahi semakin memuncak.

Selama 5 menit Jeremi mengoral vagina Widia. Kemudian dia bangkit dan memposisikan dirinya tepat dihadapan Widia yang terlentang tak berdaya. Penisnya sungguh besar. Ukuran dan warnanya yang hitam membuat Widia merasa sangat ketakutan.

“Now lets fuck your nice pussy dear…….” Jeremi  berkata.

“Nnooooo….please dont?a,?a”?t do that…..” Widia menghiba lagi.

Tiba-tiba terdengar lolongan Widia yang menyayat

“Aaaaggggggghhhhhhhhrrrrrrrrr…….aaaaaaaaaaaaaaaaaa aaa”

Tanpa basa basi Jeremi memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Widia. Ukurannya yang super itu membuat dia kesulitan untuk melewati rongga kenikmatan Widia. Meski baru bagian kepala penis saja yang masuk namun terlihat sekali wajah Widia yang kesakitan. Bagi Widia belum pernah benda sebesar milik pria negro yang sedang memperkosanya itu masuk ke dalam liang vaginanya. Milik suaminya tidaklah sebesar ukuran pria negro itu. Jeremi terlihat tersenyum nikmat. Baginya wanita indonesia seperti Widia dengan tingginya hanya 159 cm seolah-olah bersenggama dengan gadis perawan. Jeremi terus memajukan penisnya. Tiap gerakan masuk ke dalam vaginanya terdengarlah jeritan Widia yang kesakitan. Ketika setengah penis sudah masuk nampak darah mengalir keluar. Jelas bukan darah perawan karena Widia sudah punya seorang anak. Rupanya ukuran vaginanya yang sempit mempeolehkan luka di liang senggamanya akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Jeremi . Darah menetes membasahi sofa. Pak Johnson terus merekam kejadian itu dan tak lupa meng-closeup darah yang menetes dari vagina Widia.

Widia merasakan perih yang luar biasa pada vaginanya. Dia tahu kalo pasti ada yang luka disana. Nyeri luar biasa juga ia rasakan. Widia hanya mengigit bibir bawahnya ketika pelan tetapi pasti penis Jeremi menerobos vaginanya. Setelah setengah penisnya masuk tiba-tiba Jeremi dengan kasar mendorong tubuhnya sehingga seluruh penisnya masuk dalam liang kewanitaan Widia.

“Aadddduuuhhhhhhhhhhh…..aaaaaagggghhhhrrrrrrrrr” Widia melolong lebih keras dari sebelumnya. Vaginanya terasa robek dengan kekasaran Jeremi . Kini Jeremi memompa penisnya ke luar masuk liang senggama Widia. Setiap gerakan maju mundur dibarengi dengan jeritan-jeritan kesakitan Widia yang terdengar sungguh memelas. Tetapi bagi ke 6 orang yang ada di ruangan itu suara jeritan kesakitan Widia semakin meningkatkan gairah birahi mereka. Semakin tidak sabar pula mereka menanti giliran untuk menikmati tubuh sekal Widia.

Sepuluh menit kemudian terlihat tanda-tanda Jeremi akan mencapai klimaks. Jeremi semakin brutal memaju mundurkan penisnya sampai nampak tubuh Widia yang tersodok-sodok. Semakin terdengar pilu jeritan kesakitan Widia. Akhirnya tuntaslah sudah. Jeremi menekan tubuhnya sampai dirasakannya mentok dalam liang kewanitaan Widia. Nampak cairan putih dan merah jambu keluar dari vagina Widia. Sperma yang bercampur darah itupun turut membasahi sofa. Satu menit kemudian Jeremi bangkit dari atas tubuh Widia. Dipandangnya wajah Widia yang basah oleh air mata dengan senyuman kepuasan.

“Very delicious pussy…so tight….IA?a,?a”?ve gotten to heaven” demikian ucap Jeremi.

Dua orang yang memegang kaki Widia, yakni Paulo dan Maveer tersenyum mendengarnya. Nampak jakun Maveer bergerak-gerak menandakan birahinya sudah mulai memuncak. Jeremi bangkit meninggalkan sofa dan duduk di kursi lain dekat dengan Pak Eko yang dari tadi sambil merokok mengikuti proses pemerkosaan atas diri Widia. Maveer yang sudah bersiap-siap menggantikan Jeremi untuk memperkosa Widia tiba-tiba dihalangi oleh Pak Johnson

“Wait wait wait wait………..”

“I want to close up her pussy now” demikian kata Pak Johnson sambil mengarahkan handycamnya ke vagina Widia yang terbuka lebar. Nampak disana ada semacam robekan mengarah ke anus Widia. Rupanya robekan daging itulah yang mengeluarkan darah akibat besarnya ukuran kontol Jeremi . Setelah merekam selama satu menit pak Johnson mempersilakan Maveer untuk memenuhi hasrat mengerjai tubuh Widia. Widia berusaha meronta lagi tetapi rasa nyeri dan perih di vaginanya menyebabkan usahanya sia-sia. Maveer yang telah telanjang bulat itu segera mengarahkan kontolnya ke memek Widia.

“Aadduuuhhhhh……ssssaaaaakkkkiiitttttttttt” jerit Widia.

Penis pria India itu memang tidak sebesar milik Jeremi , tetapi ukurannya tetap lebih besar daripada kebanyakan pria pribumi. Jelas luka pertama akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Jeremi itulah yang membuat sodokan-sodokan Maveer semakin membuat Widia menderita. Widia kini hanya bisa mengluarkan lenguhan-lenguhan yang terdengar erotis bagi para pemerkosanya.

Dua pria temannya, Frankie dan Jaber, tidak sabar lagi menanti giliran. Mereka melepaskan pegangannya terhadap tubuh Widia dan menelanjangi diri mereka sendiri.

“Lets play 4P man…..” Frankie berkata.

Maveer yang sedang asik memompa tubuhnya di atas tubuh Widia paham atas keinginan teman-temannya. Dia segera membuat gerakan menjadi posisi duduk di atas sofa sedangkan Widia berada di atas tubuhnya. Maveer memompa dari bawah. Jaber berjalan ke arah belakang sofa dan menarik kepala Widia hingga dagunya tepat di atas sandaran kursi sofa. Paulo mengarahkan kontolnya yang juga berukuran besar, khas orang Timur Tengah” ke mulut Widia. Widia berusaha mengelak meski Paulo terus menempelkan kepala penisnya pada bibir sexynya dan berusaha mendorongnya masuk. Tiba-tiba dari belakang terasa ada benda tumpul yang menempel di duburnya. Serta merta Widia menoleh dan melihat Frankie berada di belakangnya sambil memegangi penisnya yang sama besar dengan milik Jeremi ke arah anusnya. Widia terlihat panik dan sangat ketakutan.

“Noooooo…..please donA?a,?a”?t do that”……..

“Pak Eko tolong saya pak Eko . Saya tidak mau disodomi”….

Widia terus berusaha meronta.

Tetapi Maveer yang ada dibawahnya terus menahan tubuhnya agar tidak bisa bangkit. Posisi Widia yang agak menjorok ke depan membuat nampak semakin menggairahkan. Pak Eko yang dari tadi menonton bergegas beranjak dari duduknya dan menuju ke arah sofa. Widia berharap Pak Eko menolongnya. Tetapi harapan Widia hanyalah tinggal harapan. Pak Eko malah membantu Frankie yang akan melakukan sodomi atas tubuh Widia dengan cara membuka bongkahan pantat Widia sehingga lubang anusnya pun semakin terlihat jelas. Widia berusaha keras bangkit dengan kedua tangannya yang bebas. Gerakan rontaan itu membuat susah Frankie mengarahkan penisnya dengan tepat ke arah lubang dubur Widia. Paulo segera berinisiatif menahan kedua tangan Widia di atas sandaran sofa sehingga seluruh tubuh Widia kini ditopang oleh Maveer yang ada di bawahnya. Di bawah Maveer merasakan lembutnya buah dada Widia yang kenyal. Kini belahan pantat Widia yang terbuka lebar oleh kedua tangan Pak Eko siap ditembus oleh penis besar Frankie .

“Jangaaannn…..jangaannn…… di situ….lepaskan saya Pak Eko ”

“Noooo…please….donA?a,?a”?t fuck my ass pleaazzzeeeeee…” Widia merintih.

Frankie tidak peduli dengan rintihan Widia. Setelah melumasi penisnya dengan baby oil Frankie siap melakukan penetrasi ke dubur Widia.

“heegghhhhh……aaaagggggggghhhhhrrrrrrrrrrr…aaaaaaaa aaddduuuuuhhhhhhhhhhh……”

“Saakiitttttttttttttttttttttttttttttttttttttt…………… ..A?a,?a”?

Widia menjerit melolong ketika dengan kasar Frankie memasukkan kontol berukuran besar miliknya ke dalam duburnya. Pak Johnson  merekam adegan sodomi itu. Terlihat jelas bagaimana lubang dubur Widia melesak masuk akibat paksaan penetrasi penis Frankie . Frankie terus memasukkan penisnya sampai seluruhnya amblas ke dalam dubur Widia. Widia terus melolong sampai mengeluarkan suara yang terdengar mengerikan dan menyayat. Hari ini seorang pria negro bernama Frankie telah memperawani lubang duburnya. Sakitnya luar biasa. Jauh lebih sakit dibandingkan malam pertama dia menyerahkan mahkotanya pada suaminya. Duburnya pun terasa penuh seolah-olah ingin buang air besar. Kini dua rasa perih dan nyeri menyerang vagina dan duburnya. Saat Widia melolong kesempatan tersebut digunakan oleh Paulo untuk memasukkan kontolnya ke dalam mulut Widia. Kini ketiga lubang tubuh Widia sedang dinikmati oleh 3 pria asing. Frankie melakukan sodokan-sodokan dengan keras dari arah belakang. Demikian pula Maveer dari arah bawah bergantian dengan Frankie melakukan sodokan. Widia merasakan lubang anusnya robek dan memang ada lelehan darah yang keluar dari duburnya. Namun Widia tidak bisa berteriak keras lagi karena sumbatan kontol Paulo di mulutnya. Ketiganya memompa bersama-sama.

“Hheemmmm…hheemmmmm…heeemmmmm” hanya itulah yang terdengar dari teriakan Widia.

Sekitar 20 menit pemerkosaan 4P itu berlangsung. Paulo terlebih dahulu klimaks dan menumpahkan seluruh cairan kental miliknya dalam mulut Widia. Widia tidak bisa memuntahkan sperma yang ada dalam mulutnya. Satu-satu jalan untuk mengurangi rasi asin dan getir cairan birahi Paulo adalah dengan menelannya dan itulah yang dilakukan olehnya. Tak lama kemudian Paulo menarik penisnya keluar dari mulut Widia. Sisa-sisa sperma dalam mulut Widia mengalir keluar dari sela-sela bibir sexynya. Kini terdengar suara erangan Widia yang sedikit lebih keras karena mulutnya telah terbebas dari sumbatan penis Paulo

“Adduhhhh…aadduhhhhh..aaakkkhhhhh……….sssaaakiitttt ”

Frankie  dan Maveer masih terus memompa dan semakin cepat. Keduanya klimaks bersamaan ditandai dengan lenguhan kenikmatan kedua pria tersebut. Frankie segera mencabut penisnya dari rongga dubur Widia. Darah masih terlihat pada batang penis Frankie . Maveer pun telah loyo di bawah tubuh Widia. Maveer segera menggulingkan tubuh Widia ke sofa dan bangkit dari sofa.

“Ka..kaa…liaann semuaaa….baaanggsaattA?a,?a”?A?a,?a”?

Widia memaki dengan pelan dan lirih. Tubuhnya telah tidak berdaya. Kini dalam tubuhnya telah mengalir benih nista yang dimasukkan secara paksa oleh Jeremi dan Maveer. Widia merasa noda telah meyelimuti hidupnya.

Part 3

Kini giliran Pak Johnson dan Eko ambil jatah. Keduanya sepakat akan melakukan permainan 3P.

“Ayo Widia berikan kami kenikmatan tubuhmu yang indah itu” seringai Pak Johnson .

“Benar saya ingin merasakan hangatnya lubang mataharimu sayang…” Pak Eko menimpali.

Kini gantian Jeremi yang akan mengabadikan pemerkosaan yang akan dilakukan oleh Pak Eko dan Johnson.

“Tidaakkk…..jangan lagi…..kasihani saya pak….” Tangis Widia semakin keras lagi sambil menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi payudaranya yang terbuka.

Namun kedua bandot tua itu tidak peduli dengan ketakutan Widia. Semakin takut semakin tinggi pula Nafsu kedua orang itu.

Pak Johnson segera mencengkeram tangan Widia dan membalik tubuhnya hingga tengkurap. Official cap merah Widia beserta blouse putih yang dikenakannya ia lucuti sehingga kini Widia benar-benar telah telanjang bulat. Kedua tangan Widia ditahannya sehingga tubuhnya tidak bisa lagi bergerak leluasa. Pak Eko melihat punggung Widia yang mulus serta bongkahan pantat yang menggairahkan. Dia mengambil posisi di atas paha Widia bagian belakang. Kemudian tangan kirinya membuka lubang anus Widia sedangkan tangan kanannya mengarahkan penisnya ke lubang matahari itu.

“Ttiiiiddaakkkkkk…..janganaan laaaggiii dii situuuuuuuuu”

“Ampun pak Eko …..sakit sekali……”

“Dubur Widia perih dan panas pak Eko ….jangan disitu lagi”

“Saya mohon pak Eko ”….Widia terus memohon.

Namun orang yang namanya Eko ini tidak mau ambil pusing dengan rintihan memelas Widia. Dia tetap mengarahkan batang penisnya ke dubur Widia dan…

“Aaggghhhhhhhh…jjaaangggaaaaaannnnnnnnnnn……” Widia kembali melolong.

Kini Pak Eko telah memompa duburnya dengan cepat dan kasar. Ternyata orang ini adalah maniak seks diluar tampangnya yang kebapakan. Pak Johnson kini melepas pegangannya dan membiarkan Pak Eko sendirian menggumuli tubuh Widia yang tengkurap. Tangan kanan Pak Eko pun ambil bagian meremas buah dada Widia. Widia merintih-rintih kesakitan ketika duburnya dengan kasar disodomi oleh atasannya. Sekitar 7 menit Pak Eko telah mencapai klimaks dan tidak lama kemudian dia bangkit dari tubuh Widia yang tengkurap lemas. Pak Johnson menggantikan posisinya siap melakukan sodomi juga.

“Agggahhhhhhh…..banggssaaaaatttttttttt” Widia menjerit lagi.

Sudah tiga orang melakukan sodomi padanya tetapi rasa sakit itu tidak berkurang juga. Malah semakin menjadi-jadi meski ukuran penis kedua orang terakhir yang memperkosanya berukuran lebih kecil dari milik Frankie . Sekitar 10 menit Pak Johnson memperkosa liang anus Widia. Tanda-tanda ejakulasi sudah nampak ketika Pak Johnson semakin cepat memompa dubur Widia. Widia semakin merasakan perih di duburnya. Pak Johnson melenguh keras ketika cairan nistanya keluar membasahi rongga dubur Widia. Widia merasakan anusnya bertambah perih karena sperma yang membasahi robekan luka di duburnya.

Waktu telah menunjukkan pukul 11:30 malam. Kini kelima pemerkosa Widia bersiap mengantarkan Widia pulang. Saat itu Widia sudah tidak kuat bangkit. Rasa nyeri dan perih di vagina dan anus yang dirasakannnya membuatnya tidak mampu berdiri. Jeremi menggendong Widia sampai ke dalam mobil van yang mereka gunakan. Baju Widia yang robekpun telah mereka ganti dengan kaos besar ukuran XXL sehingga ujung bagian bawahnya sampai setengah paha Widia. Dengan demikian meski tidak mengenakan celana dalam tidak akan ada seorangpun yang tahu. Dalam perjalanan pulang Widia didudukkan di belakang di apit oleh Paulodan Maheer sedangkan Frankie berada di kursi depan bersama Pak Eko  yang menyetir mobil. Jeremi duduk di tengah. Selama perjalanan Jeremi mengisengi Widia dengan memasukkan dildo zhucini (buah mirip mentimum yang ukurannya cukup besar) yang dia ambil dari kulkas saat masih berada di villa milik Johnson . Widia sudah tidak mampu berteriak, matanya kelihatan sembab dan luyu. Hanya erangan lirih yang terdengar ketikan dua buah zhucini dimasukkan kedalam vagina dan anusnya. Meski sudah tidak ada darah lagi yang menetes dari dua lubang kenikmatan itu tetap saja rasa perih dan panas dirasakan oleh Widia akibat luka lecet pemerkosaan di villa sebelumnya.

Setelah sampai Pak Eko memasukkan mobilnya ke pelataran rumah Widia agar tidak dicurigai orang. Dengan mengambil kunci rumah dari tas Widia pak Eko  membuka pintu dan meminta Jeremi membawa Widia masuk ke dalam. Jeremi  merebahkan Widia di sofa tamu dan segera ke luar menuju van. Pak Eko berjalan mendekati Widia dan berkata

“Pastikan hanya kita yang tahu atau rekaman gambar itu akan beredar ke mana-mana”

Widia  hanya diam tidak mampu berkata. Setelah Pak Eko menutup pintu dan terdengar suara mobil yang meninggalkan pelataran Widia hanya bisa menyesali nasibnya sebagai korban pemerkosaan bergiliran. Air matanya terus meleleh membasahi pipinya yang mulus. Pandangannya setengah kosong. Pikirannya menerawang kepada suami dan anaknya. Pasti bahwa tidak kurang dari seminggu setelah pemerkosaan bergiliran ini belum tentu dia akan sanggup memberikan kehangatan pada suaminya. Luka di alat vitalnya tentu membutuhkan waktu lama untuk sembuh terlebih lagi trauma yang dialaminya. Widia terus menerawang ke arah langit-langit rumah. Membayangkan masa depannya. Membayangkan noda di tubuhnya. Membayangkan………………………

Part 4: EPISODE TRAUMA

Sudah hampir 2 bulan lebih semenjak kejadian Widia digilir oleh 2 orang pria asing dan 4 orang pria pribumi wanita cantik langsing bertubuh sintal dan berkulit sangat mulus itu tidak dapat melupakan malam jahanam yang telah merenggut kehormatannya dan menorehkan noda yang mengalir dalam tubuhnya. Setiap malam kejadian itu menghantui mimpi buruknya seakan-akan rasa sakit di tubuhnya terlebih lagi hatinya masih terus ia rasakan. Masih terekam dalam ingatannya bagaimana pada malam jahanam itu tubuh mulusnya di bolak balik seperti sebuah boneka mainan untuk dinikmati secara brutal oleh 6 orang pemerkosa.

Meski kejadian itu telah berlalu, kini setiap suaminya Kamal meminta kepada dirinya untuk melayani hasrat birahinya seketika itu juga Widia kehilangan gairah seksualnya. Tiap kali Kamal meminta untuk melakukan hubungan seks suami istri seketika itu pula rasa ketakutan yang amat sangat melanda jiwa Widia. Sungguh Widia tidak ingin untuk mengecewakan Kamal suaminya. Namun, semenjak tubuhnya dijadikan bulan-bulanan oleh para lelaki jahanam itu kini seluruh organ seksual Widia seolah-olah mengalami frigiditas. Rasa ketakutan yang amat sangat untuk melakukan hubungan seks kini melanda wanita cantik bertubuh sintal itu.

Sejak Kamal pulang dari kota Banda belum sekalipun dia menikmati tubuh sintal istrinya yang mulus dan menggiurkan itu. Bahkan istrinya itupun selalu menghindar apabila Kamal berhasrat untuk mencium bibirnya yang sexy. Sebenarnya Kamal dapat merasakan perubahan itu. Tetapi Widia menyimpan rapat-rapat aib yang telah merusak kehormatannya itu. Dua minggu pertama setelah dirinya diperkosa habis-habisan oleh 6 pria durjana itu Widia mengalami pendarahan pada alat kelaminnya. Demikian pula pada anusnya yang membenjol akibat disetubuhi paksa dengan cara anal seks. Oleh sebab itu pula Widia harus selalu menggunakan softex karena pendarahan sehingga seolah-olah dirinya sedang menstruasi. Untuk berjalanpun Widia merasakan sakit dan perih yang menyengat di alat kelaminnya maupun duburnya. Dengan demikian hal itu dapat menjadikan alasan bagi Kamal untuk tidak dulu menikmati tubuhnya.

Kini telah sebulan lebih Widia tidak mengenakan softex lagi. Dan Kamalpun tahu hal itu. Malam ini libido pria itu terasa naik. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Besok hari Sabtu dia harus berangkat ke Manado untuk urusan bisnis selama tiga minggu. Malam ini dipandanginya tubuh Widia yang sedang tidur memunggungi dirinya. Baju tidurnya yang tipis itu tidak dapat menyembunyikan lekuk-lekuk tubuh Widia yang sungguh indah. Pinggulnya yang sexy serta pantatnya yang membongkah membulat membuat dirinya berhasrat sekali untuk kembali menikmati kehangatan tubuh istrinya itu. Sesaat dipandangnya rok baju tidur Widia yang sedikit tersingkap sehingga mempertontonkan sedikit pahanya yang mulus. Kamal sungguh bangga dapat memiliki Widia . Kawan-kawan bisnisnya sering mengatakan iri pada dirinya yang mempunyai seorang istri secantik Widia . Bentuk tubuh istrinya itu memang menggiurkan sehingga membuat banyak laki-laki sering berkhayal yang tidak-tidak.

Kamal tersadar bahwa dia baru saja berkhayal menerawang. Kini diusapnya betis Widia yang sedang tidur. Kemudian usapan tangan laki-laki itu secara perlahan naik ke paha istrinya. Dapat dirasakannya betapa mulus dan halus kulit tubuh Widia . Kemudian dari balik rok bawah gaun tidur Widia yang ukurannya hanya setengah paha saja tangan Kamal dengan leluasa menyibak kain itu untuk menyusupkan tangannya hingga mencapai bagian dada Widia . Diremasnya dengan perlahan sebelah payudara Widia agar wanita itu menjadi terangsang. Kamal merasakan nafsu pada dirinya telah semakin naik. Penisnya telah dirasakannya mencuat tegang. Diciumnya tengkuk Widia sambil tangannya meremas perlahan buah dada Widia yang berukuran 36B itu. Namun Widia tidak bergeming dari tidurnya. Wanita itu seolah-olah tidak merasakan apa-apa. Kamal mengira bahwa istrinya masih belum bangkit nafsu birahinya. Kini diarahkannya tangan kanannya kearah pusar Widia dan diusap-usapnya wilayah itu. Tidak berapa lama kemudian tangan Kamal berpindah ke pinggang bagian belakang Widia dan kemudian menyusup di balik celana dalam Widia . Kamal berusaha merangsang Widia dari balik pantat wanita itu guna mencapai alat kelaminnya. Namun tiba-tiba saja

“Jangan mas……” Widia berkata dengan sambil bergegas memposisikan dirinya menjadi rebahan.

“Aku sedang letih sekali mas….aku takut membuatmu kecewa” Widia kembali berkata.

“Besok mas akan ke Manado tiga minggu sayang” Kamal berkata.
“Sudah dua bulan lebih engkau tidak mau melayaniku” Kamal berkata lanjut dengan sedikit bersungut.

Widia dapat melihat kekecewaan pada suaminya itu. Wanita itupun berkata
“Nanti setelah mas pulang dari Manado aku berjanji akan melayanimu sepenuh hati”

“Sepulang mas dari Manado nikmatilah tubuhku sepuas-puasmu mas, tetapi jangan sekarang”

“Senin ini aku ditugaskan mengikuti training senior bank teller di bank cabang Kelapa Gading. Aku letih menyiapkan semua keperluan training itu mas. Mas mau mengerti khan…?” Widia menjawab kekecewaan Kamal.

“Kenapa tidak malam ini saja sayang. Mas sudah tidak tahan lagi nih….” Kamal berucap dengan nada berkeluh.
“Nanti mas akan kecewa karena aku belum sepenuh hati melayanimu…..” jawab Widia .

“Baiklah kalo begitu aku segera tidur saja, bangunkan aku pukul 5 pagi….” Kamal menjawab dengan nada sedikit kecewa.

Kemudian laki-laki itu mengambil bantal dan ditutupkan pada wajahnya agar dia cepat tertidur lelap.

Widia menarik nafas dalam-dalam dan kemudian diposisikan kepalanya di atas dada Kamal sambil tangan kirinya memeluk tubuh suaminya. Sungguh hati Widia seperti tersayat karena ketidakmampuannya untuk memberikan kehangatan tubuhnya pada Kamal suaminya. Tak terasa bintik air mata mengalir keluar dari pelopak mata wanita cantik itu.

Sabtu pukul 5 tepat Widia membangunkan suaminya.
“Mas.. mas… bangun. sudah jam 5 nih…”

Kamal menggeliat sambil mengercipkan matanya.
Laki-laki itu harus bersiap berangkat menuju bandara untuk penerbangan pukul 8 pagi ke Manado. Untuk menuju ke sana sarananya cukup mudah karena di terminal Rawamangun, dekat dengan tempat di mana mereka mengontrak rumah, menyediakan akses bis Damri jurusan Soekarna-Hatta. Dengan sekali naik bajaj dari rumah kontrakan tidak lebih dari sepuluh menit dapat mencapai terminal Rawa Mangun.

Sambil menunggu Kamal mempersiapkan diri Widia menyiapkan kopi kesukaan Kamal serta sarapan pagi. Hari Jum’at kemarin segala keperluan Kamal di Manado telah dia siapkan. Tepat jam 6 pagi Kamal berangkat menuju bandara Soekarno Hatta.

“Titi DJ mas……” Widia  berkata.
“Ok. Hati-hati juga di rumah ya sayang….” Kamal berkata sambil mencium kening Widia .

Widia melambaikan tangan dari balik pagar rumah ketika suaminya berangkat dengan bajaj menuju terminal Rawa Mangun. Widia termenung sesaat. Dirinya merasakan penyesalan yang mendalam karena tidak mampu memberikan kehangatan tubuhnya pada Kamal sebelum suaminya berangkat ke Manado. Tetapi apa boleh buat karena secara fisik dan psikis dirinya masih belum mampu akibat trauma perkosaan itu.

Hari senin Widia ditugaskan oleh bos barunya guna mengikuti training senior bank teller di bank cabang Kelapa Gading. Setelah kejadian malam jahanam yang menimpanya itu Widia mengajukan mutasi kerja dan ditempatkan di cabang bank dekat Menteng. Widia tidak melaporkan kasus pemerkosaan itu ke aparat kepolisian mengingat aib itu akan menyebar ke mana-mana sehingga akan membuat dirinya dan keluarganya akan menanggung malu. Widia juga tidak ingin lagi melihat wajah-wajah para pemerkosanya sehingga pilihan yang terbaik adalah mengajukan mutasi kerja.

Di bank cabang Kepala Gading Widia akan mengikuti training selama 6 hari mulai senin sampai dengan sabtu. Widia mengikuti pelatihan itu dengan seksama. Pada hari terakhir sebelum penutupan dirinya dipanggil oleh direktur cabang yang bernama pak Rizki , seorang pria keturunan India.berpostur tinggi sekitar 180cm dengan bobot 80 kg ini nampak sedikit tambun ciri khas bos-bos berusia 45 tahunan. Ukuran jari-jarinya besarnya dua kali ukuran pria pribumi pada umumnya.

“Widia , setelah acara penutupan nanti aku akan ajak kau menemui seseorang yang akan menanamkan saham dalam pengembangan pembukaan teller baru di Tangerang”

“Investor itu siapa pak?” Widia bertanya

“Seorang warga jepang, namanya Mr. Mishuki ” sahut Rizki .

“Kenapa musti saya yang diajak pak…” Widia kembali bertanya.

“Sebab dari seluruh partisipan peserta training engkaulah yang dinilai paling baik” jawab pak Rizki .

Widia termenung sesaat. Hatinya sungguh senang karena dia ternyata adalah yang terbaik dari semua peserta. Tetapi sebenarnya dia juga sedikit enggan untuk pergi ke Tangerang. Namun karena ini adalah tugas maka dia tidak boleh mengelak.

“Baiklah pak, jam berapa kita berangkat…?” tanya Widia.

“Jam 5 sore. Kita nyampe Tangerang sekitar jam setengah tujuh malam” jawab pak Rizki .

“Kita tidak akan lama Widia, mungkin sekitar satu sampai dua jam pembicaraan terus kita kembali ke Jakarta” Rizki menyambung perkataannya.

Tepat pukul 5 sore pak Rizki  dan Widia berangkat menuju ke Tangerang. Perjalanan menempuh waktu sekitar 75 menit. Ketika akan sampai pada tempat yang akan dituju, jalan yang dilalui ternyata masih berupa makadam banyak ditumbuhi pepohonan dan nampak sekali jarang rumah penduduk.

“Kita menuju kemana ini pak?” Widia bertanya dengan rasa khawatir

“Rumahnya memang di tempat sunyi soalnya tempat tinggalnya bukan rumah biasa melakinkan sebuah rumah walet, tahu kan?” timpal pak Rizki

“Rumah walet?” Widia menjawab dengan nada heran

“Itu loh rumah yang digunakan untuk menarik burung walet. Bisnis air liur burung walet bisa menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Oleh sebab itu rumah walet harus jauh dari kebisingan dan harus ada security agar tidak terjadi pencurian. Nah tuh dia tempatnya” jawab Rizki .

Rumah itu sungguh besar. Ukurannya tidak kurang dari 2000 meter persegi. Tidak ada rumah penduduk di sekitarnya.
Widia melihat sebuah bangunan yang mirip seperti sebuah benteng yang tinggi sekali dengan banyak jendela berbentuk lingkaran di bagian atas. Tidak banyak lampu yang menerangi bagian luar rumah walet itu sehingga keadaan sekitarnya nampak temeram. Mobil mereka sampai di depan pintu gerbang besar yang terbuat dari kayu kokoh. Pak Rizki membunyikan klakson mobil tiga kali dan tak lama kemudian pintu gerbang itupun terbuka. Mobil segera masuk ke dalam. Tak lama kemudian pak Rizki dan Widia turun dari mobil.

“Mishuki san akan segera datang pak” Lelaki yang baru membuka pintu gerbang itu berucap.

Widia memandang laki-laki itu seperti seorang preman. Pria bertubuh gempal itu mungkin adalah semacam security yang telah dijelaskan oleh pak Rizki sebelumnya.

“Baiklah kalo begitu aku menunggu di dalam saja” jawab pak Rizki .

Bergegas pak Rizki dan Widia berjalan masuk ke ruang dalam. Ternyata ruang masuk ke dalam harus melewati dua buah pintu yang masing-masing dijaga dua orang pria bertubuh gempal. Widia merasa sungguh aneh dengan keadaan itu. Terlebih lagi tatapan setiap mata lelaki penjaga pintu itu tak henti-hentinya memelototi tubuhnya seolah-olah hendak menelanjangi dirinya yang pada saat itu menggunakan official cap bank berwarna merah dengan rok sedikit di atas lutut. Memang Widia sungguh cantik bila mengenakan seragam official bank tempat kerjanya. Setelah sampai di ruangan dalam keadaan cukup nyaman. Ada sofa tamu tanpa senderan tertata mengelilingi sebuah meja kayu di tengah serta full AC. Nuansa ruangan itu memang menunjukkan sedikit ciri khas Jepang. Sepuluh menit kemudian datang seseorang membuka pintu ruangan itu. Nampaklah tubuh tambun seorang bermata sipit. Tubuhnya nampak lebih tambun dan sedikit lebih pendek dari tubuh Rizki , sekitar 170 cm.

“Ha…..Indera san, o genki desu ka…..” pria jepang itu berkata

“Mishuki san, hai watashi wa genki desu…” jawab pak Rizki yang sedikit tahu bahasa jepun itu.

“Ano…Mishuki san, onanohito wa Widia desu” lanjut Rizki

“Eto….kirei desu ne….” pria jepang itu berkata dengan tersenyum sambil menjulurkan tangan.

“Saya Widia …” Widia berkata sambil menjabat tangan Mishuki san.

“Bahasa saya tidak pandai….tahu sedikit saja….” tukas Mishuki san.

“Oke sirakan duduk saja..” Mishuki san kembali berkata.

Kemudian ketiga orang tersebut mengambil posisi duduk di sofa tanpa sandaran itu.

“Di sini semuanya seruf serfis…minum ada di sana sirakan ambil sendiri, Indera san are wa mizu desu” Mishuki berkata sambil menunjuk ke sudut ruangan yang nampak ada beragam minuman serta nampak pula sebuah refrigerator ukuran sedang.

“Hai, arigato gozaimasu desu…” jawab pak Rizki .

“Mishuki san, kedatangan kami untuk memenuhi undangan anda mengenai rencana pengembangan teller baru bank kami di wilayah Tangerang” Rizki kembali berkata.

“Begini Indera san saya setuju usuran investasi pengembaggan terrer. apaka sarat sudah anda setuju?” Mishuki san menjawab.

“Never mind, I agree with that and here I wanna to deliver the prerequisite” jawab pak Rizki

“Ha..ha..ha… bagus…bagus…” Mishuki san tertawa senang.

Baca Juga :  Rumahku, Surga dan Nerakaku

Widia sama sekali tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja Mishuki san tertawa kegirangan.
“Let me out side for a while. Widia kau tunggu di sini sebentar aku akan mengembil sesuatu di mobil” pak Rizki berkata

“Baik pak. Tidak lama khan?” Widia berkata sedikit tidak tenang.

“Hanya sebentar kok, tenang sajalah” pak Rizki berkata sambil bergegas keluar ruangan menuju pintu di mana mereka masuk tadi. Tidak berapa lama kemudian tubuhnya menghilang di balik pintu itu. Sekitar 10 menit pak Rizki kembali lagi sambil membawa sebuah amplop besar.

“Mishuki san, kore wa Widia no poto…” pak Rizki berkata sambil menyerahkan amplop berukuran besar itu.

Sesaat Widia mendengar namanya disebut, tetapi dia tidak tahu apa maksud dari perkataan pak Rizki . Widia berpikir mungkin pak Rizki memberikan biodata dirinya kepada Mishuki san.

“Arigato gozaimasu” Mishuki san menerima amplop dan mengeluarkan isinya. Nampaknya yang ada di dalam amplop itu adalah beberapa buah foto berukuran 25R.

Mishuki san melihat foto-foto itu sambil tersenyum dan sesaat kemudian memandangi Widia tajam-tajam. Kemudian dia memandangai lagi foto-foto itu dan selanjutnya tiba-tiba saja dia tertawa terbahak-bahak

“Ha ha ha……. very good pictures……” demikian ia berkata.

“Ha ha ha………….” terdengar pak Rizki juga ikutan tertawa.

Widia merasa bingung sekali dengan keadaan seperti itu dan pak Rizki tahu akan hal itu.

“Mishuki san terkesan dan foto-foto itu Widia …..” pak Rizki mencoba menjawab kebingungan Widia .

“Boreh aku cuba sekarang……” Mishuki san kembali berkata

“Of course….. onegaisimasu…..” jawab pak Rizki .

“Widia san…. come here…..rihat ini” Mishuki san memanggil Widia

Widia beranjak dari duduknya dan menuju ke Mishuki san.

“Kamu tahu ini poto…..” Mishuki san menyerahkan lembaran foto-foto itu kepada Widia .

Widia menerima lembaran-lembaran itu dan kemudian melihatnya. Ketika baru saja Widia melihat foto pertama serta merta dia menjerit sambil kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan secara reflek Widia membuang lembaran-lembaran itu ke lantai.

“AAAaaaa……ttttiiiidddaakkkkkkkkkkkkkkkk… .”

Rupanya foto-foto itu adalah hasil pemotretan saat dirinya diperkosa di villa milik pak Johnson sekitar tiga bulan yang lalu. Pada foto pertama yang dilihatnya itu nampak dirinya sedang dipegangi oleh tiga orang di atas sofa saat Jeremi melakukan oral pada alat kelaminnya.

“Pak Rizki ayo pulang pak……..ayo pulang…..” setengah menangis Widia memohon kepada Rizki untuk kembali pulang.

Pak Rizki segera bangkit dari duduknya

“Tenang Widia ….tenang… jangan takut……” demikian lelaki paruh baya itu berkata.

Kemudian pak Rizki mendekati Widia dan berdiri di belakangnya. Kedua tangannya bergerak menyentuh pundak Widia dan kemudian dari belakang pak laki-laki itu membisikkan sesuatu kepadanya

“Layani saja Mishuki san dengan baik….dia berhasrat kepadamu…..nanti kau akan mendapat imbalan sangat besar serta kau akan aku promosikan sebagai kepala bank teller…”

“Ttttiidaakkkk……aku bukan pelacur……” jerit Widia .

“Tapi tubuhmu sudah tidak suci lagi…… sudah banyak noda laki-laki telah mengalir dalam tubuhmu….” pak Rizki berkata dengan wajah geram.

“Tttiiddakkkkkk….. biarkan aku pulaaaanngggggg!!!!!!” Widia kembali menjerit sambil menutup kedua telinga dengan tangannya.

Mishuki san yang melihat Widia menjerit menjadi semakin berhasrat nafsu birahinya. Kemudian laki-laki tambun seperti gorilla itu bangkit dari duduknya dan mendekati Widia yang terlihat ketakutan

“Jjjaaangaannnn ppaakkkk……jaaangaaannn ppeerrkkoossaaa sssaayaaaa” Widia menjerit.

Widia beringsut mundur berusaha menghindar Mishuki san yang semakin mendekati dirinya. Tetapi tiba-tiba dari belakang pak Rizki memeluk tubuhnya erat-erat

“Kau memang harus dipaksa rupanya ya ha ha ha…………” terdengar perkataan pak Rizki .

“Tiiiidddaaakkkkkk…………”
“Jaaangaannnnnn……..”
“ogghhh……tttiiddakkkkkkkk……baangssaatt tt.”
“Leepassskaannnnn…..tttiidaakkkkk”

Widia menjerit dan meronta. Tetapi dekapan pak Rizki baginya terlalu kuat. Ketika Mishuki san semakin mendekati tubuhnya Widia tampak semakin panik. Ketika jarak antara dirinya dan Mishuki san demikian dekat tiba-tiba saja Widia menendang tubuh Mishuki san dengan kedua kakinya sehingga mengakibatkan tubuh ketiga orang itu terjatuh ke lantai. Widia segera cepat bangkit sebelum pak Rizki melakukan tindakan lebih jauh lagi dan berlari menuju pintu besar di mana mereka tadi masuk…

“Hughhh……sungguh wanita binal….rasakan akibatnya nanti…” gerutu Rizki

Mishuki san yang masih dalam posisi duduk itu membiarkan saja Widia yang berlari menuju pintu keluar ruangan. Terlihat Mishuki san hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. Entah apa yang sedang ada di benaknya.

Baru saja Widia berhasil membuka pintu dan akan keluar dari ruangan itu didepannya dua orang penjaga bertubuh gempal telah menghadangnya.

“Minggirrrrrr…..biarkan aku pergiiiiii…..” Widia menjerit dan menangis.

Tetapi dua pria kekar itu hanya tersenyum sinis dan segera menangkap lengan Widia dan menyeretnya masuk kembali ke dalam.

“Ha ha ha………..ha ha ha……..”

Mishuki san dan pak Rizki tertawa terbahak-bahak melihat Widia yang meronta-ronta ketakutan di seret masuk ke dalam ruangan. Mishuki san segera memungut sebuah foto dan berjalan mendekati Widia yang menjerit dan menangis

“Saya mau ini………..” tukas Mishuki san kepada Widia sambil jarinya menunjukkan ke arah sebuah foto yang dibawanya itu .

Foto itu menunjukkan gambar closeup sebuah penis hitam besar yang masuk kedalam pantat putih mulus seorang wanita. Wajah Widia yang sedang menangis itu kini nampak memucat. Ingatannya kembali ke beberapa waktu silam. Itu pasti milik pria negro bernama Frankie yang berhasil memperawani anusnya. Nurrami masih dapat merasakan betapa ngilu dan sakitnya ketika penis besar itu melesak dengan paksa ke dalam duburnya. Dan kini kejadian itu akan terulang kembali. Tubuhnya akan kembali dijadikan piala bergilir oleh laki-laki yang tak bermoral.

“Tttiiddaakkk….sssaaayaaaaa ttidaakkk suudiiiiiiiii……” teriak Widia .
“Ttttiiidddaakkkkk……jjjjjaaangaaaannnnn……. ”

Mishuki san diam saja dan dia bergerak menjauhi Widia dan duduk di atas sofa yang tidak ada sandarannya itu. Kemudian dia berkata

“Taruh dia di sini…..” Mishuki san berkata kepada kedua anak buahnya agar membawa Widia ke atas pangkuannya

“ogghhh……tttiiddakkkkkkkk……baangssaatt tt.”
“Jaaangaannnnnn……..”
“Jaaangaaannn saya tidak mau dippeerrkkossaaa”
“Saya tidak mauuuuuu…………”
“Ttiidaakkkkk………bbaaanggssaatttttt………. “. Widia menjerit.

Tetapi kedua penjaga itu tetap menyeret tubuh Widia yang semakin meronta. Kini tubuh Widia dibuat telungkup di atas pangkuan Mishuki san. Bagian perut Widia sampai batas pinggang tepat di atas pangkuan Mishuki san. Tangan kiri Widia ada di belakang punggung Mishuki san dengan dipegangi erat oleh seorang penjaga sedangkan tangan kanannya oleh penjaga yang satunya. Tubuh Widia yang setengah menungging itu menyulitkan dirinya untuk dapat bangun karena kesetimbangan tubuhnya menjadi cenderung untuk terus dalam posisi menungging. Tanpa banyak bicara Mishuki san menyingkap rok merah Widia  ke atas sampai batas pinggang sehingga tampak celana dalam warna hitam yang tipis dan elastis.

“Jaaangaannnnnn……..”
“Ohhhh…ttiidakkkkk……..”
“Jaangaannn lakukkannn ituuuu…….”
“TTtttoollonnggggggg….”

Percuma saja Widia menjerit karena suaranya tidak akan keluar dari bangunan kokoh seluas 2000 meter persegi itu. Dengan kedua tangannya Mishuki san meremas-remas dengan gemas bongkahan pantat Widia yang sangat mulus itu. Apalagi celana dalam warna hitam itu menunjukkan warna kontrasnya terhadap kulit mulus pantat Widia . Setelah melakukan remasan selama beberapa saat Mishuki san menyibak celana dalam elastis itu ke samping

“TTiidakkkkkk……seetttaannnnnnnn…….”
“Bbbbaajjinggaannnnnnn………”

Widia menjerit ketika merasa celana dalam yang dia kenakan disibakkan ke arah samping sehingga kini dapat dia rasakan hawa dingin AC yang menerpa bagian anus dan vaginanya. Ya, memang kini anus dan vagina Widia terpampang jelas di mata Mishuki san. Mishuki san nampak mengagumi bulu-bulu halus yang tumbuh di seputar vagina Widia . Juga kerut-kerut matahari yang menghiasi anus Widia sungguh membuat laki-laki keblinger untuk mencicipi jepitannya. Dengan kedua tangannya Mishuki san membuka belahan pantat Widia lebar-lebar

“Jangaaannnnn…….bbbiiiinnaaattaanggggggg…… .” jerit Widia .

Widia sedemikian malunya ketika lubang duburnya menjadi terbuka lebar dan dipelototi oleh Mishuki san. Juga oleh pak Rizki yang kini mendekatinya karena keingintahuannya melihat bagian-bagian rahasia tubuh Widia .

“Aaagghhhhh……jjaaaanggannnnnnnn……” Widia kembali menjerit keras ketika dirasakannya sebuah jari Mishuki san mulai menempel ke lubang duburnya.

Mishuki san menggosok-gosok anus Widia dengan jari tengahnya yang berukuran dua kali ukuran jari pria pribumi itu. Mishuki san dapat merasakan lembutnya anus Widia yang kering itu. Dengan gerakan tiba-tiba jari tengah Mishuki san ditusukkan seluruhnya ke dalam anus Widia

“Aakkkhhhhhhh…..aaadduhhhhhhhhhhhhh………..ss ssaakkiitttt…ttttttttt!!!!!!!!!!!!!”.
“Jaaanngaaannnnnnnnnnn!!!!!!!!!…………… ..”

Widia menjerit melengking ketika anusnya yang kering itu dilesaki jari tengah Mishuki san secara tiba-tiba. Tubuh Widia mengejan keras. Butir-butir keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Suhu badannya terasa naik akibat benda asing memasuki liang duburnya. Kemudian dirasakannya jari Mishuki san mulai bergerak maju mundur dan semakin lama semakin cepat.

“Aaddduhhhh…..aaadduhhhhhh…….peeerrihhhhhhh! !!!!!!!!….Aaaakkhhhhhh!!!!!!!”

Widia mulai merasakan panas dan perih akibat anusnya yang kering itu bergesekan dengan jari Mishuki san. Lama-kelaman nampak jari Mishuki san mulai basah oleh lendir liang anus Widia . Sekitar 15 menitan Mishuki san mengocok anus Widia dengan cepat sampai menimbulkan busa putih di sekeliling lubang dubur Widia . Ketika dirasakannya dubur Widia telah licin oleh lendir Mishuki san segera memerintahkan anak buahnya untuk membuat posisi Widia menungging di karpet lantai.

Mishuki san segera melepas busana kimononya. Demikian pula celana dalamnya dilepasnya dengan terburu-buru. Rupanya Mishuki san sudah tidak tahan lagi untuk segera menikmati tubuh Widia . Segera dia memposisikan dirinya di atas pantat Widia yang menungging. Tangan kirinya memegang pinggul Widia dan tangan kanannya mengarahkan penisnya yang lumayan besar itu ke lubang pantat wanita itu. Widia mulai merasakan ketakutan yang amat sangat membayangkan bahwa dirinya akan mengalami perkosaan sodomi sebagaimana waktu yang lalu.

“Jaangaannnn pakkkkk…..jaaangaannnnnn!!!!!!!!!!!!!!” Widia menjerit menghiba

Sebentar kemudian terdengan lolongan jeritan Widia yang diteruskan dengan suara tangisannya yang keras.

“Aaaaagggghhhhhhh……… aaakkhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Rupanya penis Mishuki san telah menancap ke dalam lubang pantat Widia yang telah dibasahi lendir dan busa itu sehingga tanpa kesulitan yang berarti dapat melesak masuk kedalam rongga duburnya.

Kini Widia kembali merasakan ngilu yang luar biasa di seputar lubang pantatnya. Ukuran penis Mishuki san yang besar itu telah memaksa lubang pantatnya membuka lebih lebar dari yang seharusnya. Sodokan-sodokan yang dilakukan oleh Mishuki san terhadap lubang pantatnya menyebabkan Widia tidak dapat untuk menahan jeritan-jeritan kesakitan. Sayang sekali jeritan kesakitan Widia itu justru semakin membakar hawa nafsu laki-laki yang ada di dalam ruangan itu. Tangan Widia mengepal erat berusaha mengimbangi rasa ngilu dan perih di duburnya. Air matanya nampak meleleh deras dari kelopak matanya.

Sekitar 20 menitan sodomi itu berlangsung. Busa yang terbentuk akibat gesekan penis dengan dinding liang dubur juga semakin banyak. Warna busa yang kemerahan juga nampak, menandakan ada luka lecet berdarah di dalam liang yang sedang dilesaki penis besar milik Mishuki san itu. Mishuki san mulai tampak terengah-engah dan sodokan yang dilakukannya terhadap lubang pantat Widia semakin cepat dan brutal. Gerakan itu semakin membuat erangan kesakitan Widia terdengar makin keras dan erotis. Beberapa menit kemudian Mishuki san melenguh keras dan terburailah cairan sperma membasahi lubang dubur Widia . Kini wanita itu merasakan perih yang amat sangat di duburnya akibat luka lecet yang terkena semprotan cairan sperma milik Mishuki san. Pria jepang itu kemudian mencabut penisnya yang masih nampak gahar dari lubang pantat Widia . Untuk beberapa saat lubang pantat itu kelihatan menganganga. Selanjutnya tubuh Widia dibuatnya terlentang dan memerintahkan seorang anak buahnya untuk memegangi kedua tangan Widia di atas kepala wanita itu. Kini rok merah Widia dilucuti oleh Mishuki san. Demikian pula celana dalamnya. Kemudian kedua kaki Widia ditekuk sehingga pahanya hampir menyentuh bagian dadanya. Seorang anak buahnya lagi menahan kaki itu. Rupanya Mishuki san akan bermain ronde kedua dan yang menjadi sasarannya kali ini adalah lubang vagina Widia . Widia yang kini merasa lemas sudah tidak dapat berontak dengan kuat. Hanya sedikit penolakan yang dia lakukan

“Jjjanngaaannnnnnn…..jjjaaanggaannnn……” terdengar suara Widia

Namun Mishuki san tidak peduli. Kini tangan kanannya mengarahkan penisnya ke lubang vagina Widia .

“Aakkhhhh………..sssaaakkittttttt……!!!!!!!! !!” Widia menjerit keras lagi ketika Mishuki san melakukan penetrasi paksa ke dalam alat kelaminnya. Rasa ngilu mendera liang senggama wanita itu akibat ukuran penis Mishuki san yang cukup besar. Beberapa saat kemudian Mishuki san mulai bergerak maju mundur. Seperti halnya dengan sodomi tadi lama-lama gerakannya semakin cepat. Kini Widia hanya bisa melenguh akibat sodokan Mishuki san. Kepala wanita itu terlihat meggeleng ke kanan dan ke kiri. Sesekali bibir bagian bawah digigitnya. Terkadang pula tubuhnya sedikit mengejan. Rasa sakit dan perih di vaginanya membuat wanita itu merasa tersiksa untuk beberapa lama. Tak lama kemudian ejakulasi kedua berhasil dilalui oleh Mishuki san. Setelah semprotan terakhir keluar dari penis Mishuki san pria jepang itu mencabut alat kelaminnya dari jepitan vagina Widia . Pria jepang itu menampakkan wajah puas atas tubuh wanita yang baru saja diperkosanya itu. Nampak leleran sperma meluber keluar dari liang senggama Widia . Mishuki san mengacungkan jempol ke arah pak Rizki sebagai tanda rasa puas. Meskipun pak Rizki tadinya merasa terangsang dengan perkosaan yang dilakukan oleh Mishuki san tetapi pria keturunan india itu merasa gengsi untuk menikmati tubuh Widia yang telah dijamah terlebih dahulu oleh laki-laki lain. Dia berpikir suatu hari nanti tentu dia masih bisa merencanakan niat busuknya untuk menikmati tubuh Widia seorang diri.

“Bila kalian mau….. nikmati saja tubuhnya sebelum aku pulang” pak Rizki berkata kepada dua penjaga pintu. Tentu saja dua pria gempal itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas menikmati tubuh molek Widia .

“Bawa wanita itu ke tempat karian…” Mishuki san berkata

Segera dua orang penjaga itu membopong tubuh Widia yang lunglai lemas menuju tempat mereka di ruangan lain. Dalam ruangan lain tempat itu Widia direbahkan di atas tempat tidur. Salah seorang dari mereka memberikan siulan panjang dan tak berapa lama 3 kawan mereka yang menjaga pintu depan serta pintu gerbang datang. Kini berlima mereka akan bergantian menikmati tubuh sintal dan mulus Widia . Widia yang mengetahui ada lima laki-laki sangar dalam ruangan itu kembali panik dan mencoba bangkit. Tetapi salah seorang dari mereka segera menerkam Widia dan menggumulinya.

“Aaaaaa…… bbaanngggssaattttt!!!!!!!!!!!!!……” jerit Widia .

Widia yang tidak berdaya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika pria yang menggumulinya itu mencium lehernya. Rontaan yang diberikannya sama sekali tidak berarti bagi pria gempal itu. Dengan tidak sabar pria itu melucuti blaser dan pakaian dalam Widia dengan kasar sehingga kini tubuh wanita berkulit mulus itu benar-benar telanjang bulat. Empat pria lain yang melihat tubuh telanjang itu menelan ludah menyaksikan keindahan dan kemulusan tubuh Widia . Kini pria yang menggumuli Widia itu mulai memberikan kode kepada empat temannya

“Pegang tangan dan kakinya….”

Keempat pria yang sedari tadi hanya menonton kini menuju ke tempat tidur. Widia merasakan ketakutan yang amat sangat karena membayangkan tubuhnya akan dinikmati secara bergantian oleh lima lelaki sangar. Jerit tangisnya semakin keras terdengar….

“Jaangaannnnnn….ttttooolonggggg!!!!!…..”

Kini keempat orang itu memegang kedua tangan dan kaki Widia . Wanita malang itu berusaha meronta lebih keras. Sayang perlawanannya itu tidak berarti apa-apa dan kini wanita cantik itu hanya sanggup menangis keras ketika dua tangan dan kakinya dipentang lebar-lebar.

Kini pria yang tadi menggumulinya itu mulai menanggalkan bajunya sendiri. Widia dapat melihat jelas penis pria itu yang sudah sangat tegang dan siap untuk menghunjam ke dalam liang vaginanya yang masih terasa perih akibat perkosaan yang baru dilakukan Mishuki san. Widia menjerit ketika pria itu mulai berjongkok di depan selangkangannya

:Jaangaaannnnn…..jaangaaannnn….baangggggg….. .”
“Akkhhhh!!!!!!!!!!!……ppppeerrihhhhhhhh!!!!!!!! !!”

Widia mengeluarkan jeritan ketika alat kelaminnya kembali dijejali oleh sebuah penis. Pria itu melakukan sodokan-sodokan keras dan kasar sekali sehingga tubuh Widia terguncang-guncang. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan rasa belas kasihan mendengar jeritan-jeritan kesakitan Widia akibat penetrasi kasar yang dilakukannya. Widia merasakan vaginanya semakin perih akibat luka lecet yang semakin parah. Setiap genjotan pria yang memperkosanya dengan kasar itu menimbulkan rasa sakit dan perih seolah-olah ada sebuah pisau silet menoreh di bagian dalam vaginanya. Mata Widia terpejam dan kepalanya berkali-kali menggeleng ke kanan dan ke kiri. Bibir bawahnya yang sensual itu sekali-sekali nampak digigit olehnya di sela-sela teriakan kesakitan akibat sodokan kasar pemerkosanya.

“Aakkhhh….aakkhhhh….”
“Aaadduhhhh……aaaduuhhhh…..aaakhhhhhh…. “
“Aadduhhh….ssakittt….aakhhhh….ssstooppp….b aaannngggg…..aaakhhhh…”

Begitulah lenguhan-lenguhan erotis Widia terdengar.

Sekitar 10 menit pria itu menggenjot tubuh telanjang Widia . Kini desahan menuju puncak kenikmatan mulai keluar dari mulut pemerkosa biadab itu. Genjotannyapun semakin liar dan brutal sehingga menyebabkan teriakan-teriakan Widia semakin terdengar memelas. Tak berapa lama kemudian jeritan kepuasan keluar dari mulut laki-laki itu bersamaan dengan penisnya yang memuntahkan cairan lahar panasnya ke dalam liang senggama Widia .

Sejenak pria itu tersengal-sengal dan setelah dirasakannya penisnya mulai menciut dicabutnya batang kejantanannya dari jepitan liang kenikmatan Widia  kemerahan. Mungkin vagina Widia mengalami pendarahan akibat kasarnya perkosaan yang dialaminya.

Kini orang kedua bersiap menggantikan orang pertama. Tidak seperti orang pertama, orang kedua ini membalik tubuh Widia dan membuatnya posisi menungging. Widia sudah nampak sangat ketakutan dengan apa yang akan terjadi. Jerit tangisnya menunjukkan rasa takutnya yang amat sangat itu.

“Jaangannn..jaangaaannnnn!!!!!!!!…”
“Ttttooloonggg….jaanggannn…di pantatttt…….”
“Sakitttt…seekkkaliiii….”
“Saayaaa….mmmoohhonnnn baanggg….jaanggaannn…ssoddomi….”
“Aaauuuggghhhhh….aakhhhhhhhh!!!!!!……”

Ternyata orang kedua itu hanya ingin melakukan hubungan seks dengan doggy style. Dari belakang pria itu menyodok dengan keras sehingga Widia harus kembali menggigit bibirnya menahan rasa ngilu. Jari jemarinya yang lentik itu nampak meremas keras sprei kasur menandakan Widia sedang merasakan kesakitan. Sekitar 7 menit pria kedua itu melakukan pemerkosaan hingga akhirnya cairan nistanya menyemprot di dalam rahim Widia . Sebagaimana dengan temannya tadi pemerkosa kedua ini juga memperlihatkan senyuman kepuasan.

“Vagina legit dan sempit….busyet dah punya bini kaya’ gini” celotehnya.

Kini orang ketiga yang akan memperkosa Widia menumpuk tiga buah bantal dan dirinya kemudian bersandar pada tumpukan bantal itu.

“Angkat cewek itu….letakkan di sini….”

Pria ketiga itu menunjuk ke arah pangkuannya. Kemudian dia berkata lagi

“Buat dia sehadapan denganku….kita maen bareng aja….”

Widia nampak shock dengan perkataan laki-laki itu. Wanita itu tahu kali kini tubuhnya akan dilesaki secara bersama-sama oleh beberapa orang pria. Widia mencoba meronta ketika empat pria menggotongnya

Lihat Juga :  Ngentotin Pembantu Montok

“Jaangaannnn…bangggg…..jjaangannnn….”
“Jannngaannnn ..perkosa saya..dengannn caaraaa iituuu baangg…”
“Saayaa mohhonn bbangg…jjangaannnn……”

Tetapi empat pria itu hanya tertawa terbahak melihat ketakutan Widia . Kini tubuh Widia yang telanjang bulat itu mereka angkat. Posisi Widia menghadap ke arah yang sama dengan pria ketiga yang bersandar pada bantal.

“Turunkan pantatnya ke punyaku….” lelaki itu berkata sambil menunjuk penisnya.

Widia yang sempat mendengar ucapan lelaki itu semakin meronta kuat

“Jaangaannn…jangannnn masuk di panntatttt….”
“Jangaann banggg…sssaaakittt ssekalliiii…..”

Namun keempat orang yang mengangkat tubuh Widia tidak mau peduli. Kini tubuh Widia diturunkan perlahan. Orang ketiga itu memegang penisnya dengan tangan kanannya agar berdiri tegak sedangkan tangan kirinya meraba pantat Widia dari bawah untuk mencara lubang anusnya.

Widia mencoba meronta dan menggoyang-goyangkan pantatnya agar duburnya tidak bertemu dengan kepala penis pria yang ada di bawahnya. Namun sayang sekali sekeras apapun rontaan yang dilakukan oleh Widia tetap saja lubang kenikmatan alternatifnya itu berhasil ditemukan oleh jari-jari tangan kiri pria ketiga itu. Kini penisnya yang telah menegang itu tepat mengarah ke lubang anus Widia

“Ok..lepaskan tubuhnya…..” ujar pria itu

Sesaat kemudian terdengar lolongan Widia yang keras sekali bersamaan dengan tubuhnya yang diturunkan oleh empat pria yang tadi memeganginya.

“Aaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!! !!!………………….”

Kepala Widia terdongak ke belakang. Bibirnya yang sensual membuka lebar mengeluarkan jeritan lolongan kesakitan ketika anusnya tidak dapat mengelak lagi untuk menjepit batang kejantanan pria yang melasak masuk ke duburnya hingga pangkal batang penis.

Kini pria yang menopang tubuh Widia memegang kedua paha wanita itu hingga terbuka lebar

“Cepat masukin punya loe ke lubang memeknya…..” pria itu berujar

Orang keempat segera mengarahkan penisnya ke vagina Widia dan melesakkan batang kejantanan miliknya ke liang kehormatan wanita malang itu.

“Aaaadduuhhhhhh…….pppeerrihhhhhh!!!!!!!!!! ” Widia kembali menjerit

Sedangkan orang kelima mengambil posisi berdiri dengan penis mengarah ke mulut Widia . Widia menutup bibirnya rapat-rapat dan wajahnya berusaha menghindari batang penis yang disodorkan ke mulutnya.

“Buat cewek ini buka mulut…” orang kelima itu berkata ke dua temannya yang lain.

Ketika dua orang yang penetrasi di dubur dan vagina mulai bergerak bersamaan mulut Widia tidak dapat mengatup rapat lagi akibat rasa perih yang kini mendera dua lubang berdekatan di tubuhnya itu

“Aaakkhhhhh…..ssaakkkk…mmmmmmppphhmmmmm!!!!!!! !!!!!”

Orang kelima itu berhasil melesakkan batang penisnya ke dalam rongga mulut Widia bersamaan dengan jeritan kesakitan wanita itu akibat sodomi dan penetrasi oleh dua pria lainnya.

Tiga buah penis kini secara bersamaan mendera tiga lubang di tubuh Widia yang digarap beramai-ramai oleh tiga pria bejat. Ketiga penis itu melesak-lesak dengan kasar di vagina, anus dan mulut Widia sehingga menyebabkan wanita yang sedang diperkosa itu merasakan kesakitan yang luar biasa. Lenguhan-lenguhan yang tertahan terdengar dari mulut Widia yang tersumbat sebuah penis. Pria yang sehadapan dengan Widia meremas-remas payudara wanita itu dari belakang. Dapat dirasakannya betapa kenyalnya buah dada Widia sedangkan pria di depan Widia memegang kedua pahanya agar tetap membuka lebar.

Sekitar 20 menitan pemerkosaan gang bang itu berlangsung. Kini ketiga pria itu mulai memacu lebih cepat dan brutal sehingga tubuh Widia yang terjepit di tengah-tengah itu nampak berguncang-guncang keras. Pria yang memaksa melakukan oral itu kini nampak terlebih dahulu akan mencapai klimaks. Dipegangnya kepala Widia erat-erat dan ditekannya batang penisnya hingga seluruhnya masuk kedalam mulut Widia . Nampak Widia megap-megap berurai air mata dan berusaha mendorong paha laki-laki itu. Sayang sekali pegangan tangan lelaki itu jauh lebih kuat hingga akhirnya terdengar jeritan kepuasan terlontar dari mulutnya. Widia dapat merasakan cairan kental dan asin di dalam mulutnya yang menandakan bahwa lelaki itu telah menyemprotkan sperma ke dalam mulutnya. Selama beberapa detik pria itu membiarkan batang penisnya di dalam mulut Widia sebelum kemudian mencabutnya. Senyuman kepuasan nampak di wajah pemerkosa itu

“Servis oral luar biasa…..he he he……” celoteh laki-laki itu

Nampak cairan sisa sperma keluar dari sela-sela bibir sensual Widia . Kini dua pria yang lain terus memacu sampai akhirnya mereka berejakulasi bersamaan di dalam lubang dubur dan vagina Widia . Hampir 30 menit tubuh Widia mereka perkosa bersama-sama. Kini tubuh wanita telanjang yang baru saja digilir itu nampak lemas. Tubuhnya terlentang di atas kasur. Vagina dan anusnya nampak memar kemerahan dengan noda-noda sperma dan darah di sekitarnya. Tatapan matanya nampak sayu dengan air mata yang masih terus mengalir. Isak tangisnya juga masih terdengar. Kini kelima pria yang baru memperkosa Widia keluar dari ruangan itu dengan tawa terbahak-bahak. Masing-masing terdengar celotehannya mengenai kenikmatan seksual yang baru mereka rengkuh dari tubuh Widia .
Kini Widia merasa derita panjang akan mulai lagi……..
Luka di vagina dan anusnya kembali terkuak….
Kini tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan……….
Terbayang dalam lubuk hatinya dua minggu ke depan Kamal akan meminta jatah untuk diberikan kehangatan oleh tubuhnya……
Masih sanggupkah dia……………………….

Tamat
Di Perkosa Secara Tragis.. Di Perkosa Secara Tragis.. Reviewed by linda on 08.40 Rating: 5

Tidak ada komentar

letak HTML-nya di bawah Letak di tata letak