Image and video hosting by TinyPic

Tante Yang Haus Sex

CeritaXxX - Tante Tiara dengan usia yang sudah matang kisaran 37 tahun memiliki wajah yang cantik dan molek, di tambah dengan tubuh yang masih singset dan sexy aduhaaaai alaaamak.
 Dengan ukuran payudara yang terbilang lumayan yaitu 35A. Lelaki mana yang tak tergoda oleh kecantikan dan kemolekan Tante Tiara . Tante Tiara merupakan wanita yang memiliki usaha sendiri , yaitu salon potong rambut dan kecantikan.

CeritaXxX


 Terbilang Tante Tiara ekonomi nya tergolong sangat mapan. Akan tetapi selama dalam menjalankan usahanya, Tante Tiara begitu sangat kesepian.

 Karena Suaminya yang terus bekerja di luar kota dan Tante Tiara sudah dikaruniai 2 oranag anak.
 Ketika gw sedang cukur rambut di Salon tempat Tante Tiara dan selama waktu pemangkasan rambut , gw mengajaknya ngobrol ini itu . sampai kami pun akrab dengan celotehan-celotehan kita.
 Setelah gw habis di cukurnya, gw menemaninya mengobrol ketika salon nya mulai sepi dengan pengunjung. Sejak hari itu, gw semakin akrab dengan keluarga Tante Tiara .

 Apalagi kemudian Tante Tiara meminta gw untuk memberikan kursus privat komputer pada Radit dan Raka, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 3 SD. Karena rumahnya dekat, gw mau saja, lagi pula Tante Tiara setuju membayarku tinggi.

 Gw dan Tante Tiara sering sms-sms san, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali gw bermaksud mengirim SMS ke Rani yang isinya.

“Hai cinta.. sedang apa?

 Gw rindu U. ..
 Pengen deh sayang-sayangan dengan U. . lagi..

 Gw pengen kita bercinta lagi..”

Karena waktu itu gw juga baru saja ber-SMS dengan Tante Tiara ,

 refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Tiara !

 Gw sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian laporan di HP-ku datang:

  Delivered to Ms. Tiara !

“OMG. . . .!”

Gw langsung memikirkan alasan jika Tante Tiara menanyakan SMS itu. Benar!
 Tak lama kemudian Tante Tiara membalas SMS salah sasaran itu.
“Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini.. ”
Wah, untung gw dan Tante Tiara  sudah akrab.
 Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah. “Maaf, Tante. Gw salah kirim. Pas lagi horny nih.. Maaf ya Tante..” balasku.
 Gw sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Tiara .
“Wah.. U. . ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”
 “Bukan Tante. Itu TTM-ku.
 Teman Tapi Mesra.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Tante..”

Beberapa menit kemudian, Tante Tiara  tidak membalas SMS-ku.

 Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Tiara  meneleponku.

“Lagi dimana Rizki ?” Tanya Tante Tiara .

 Suaranya lebih akrab daripada biasanya.

“Di kamar aja, Tante. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim.

 Jadi ketahuan deh gw lagi pengen..” jawabku.

 Kudengar Tante Tiara tertawa lepas. Baru kali ini gw mendengarnya tertawa sebebas ini.

“Gw tadi kaget sekali. Kupikir si Rizki ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”

 “Hm.. Tapi memang gw alim lho, Tante..” kata gw bercanda.

“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”

 “Ya teman lama, Tante. Partner sex-ku yang pertama.”
Gw bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Gw rasa Tante Tiara bisa mengerti gw.

“Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran.
 Gw yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini.

“Kami bersahabat baik, Tante. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.
 Gw tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, gw baru satu kali bercinta dengan Rani . Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung.

“Wah.. Baru tahu gw ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”

 “Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung.

 Dan kami belum menginginkan itu.”

 “Lalu, apa partnermu cuma si Rani dan partner Rani  cuma U. .?” selidik Tante Tiara .

“Kalau tentang Rani gw tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan laki-laki lain. Gw pun begitu.

 Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Tante.”

“Oh.. Safe Sex ya? “

 “Yup! Oh ya dari tadi gw seperti obyek wawancara.

 Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” Tanya gw melangkah lebih jauh.

 Kudengar Tante Tiara menarik nafas panjang.
 Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.

“Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Rizki .” Jawabnya.

 Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Gw jadi ingin tahu lebih banyak lagi.

“Ko Fery Impotent ya Tante?”

 “Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi pada gw.

 Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”

 “Lho, Tante Tiara berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Tante?” Tanya gw.

“Gw sih pernah memberinya tanda bahwa gw sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Gw tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”

 “Oh.. Kalau Rizki sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Tante Tiara ..” goda gw asal saja.
 Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.

“Rizki , U. . itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran gw ? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”

 “Tante Tiara serius? Gw tidak menyangka lho Tante Tiara bisa bicara seperti ini. Tante Tiara masih muda. 37 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Tante Tiara terlihat sangat mandiri di mata gw..”

gw tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini.

“U. . lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya?

 Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.” Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat.

 Bahkan gw tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Tiara . Selama ini gw sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku.
 Bergegas gw mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Tiara .

 Di sepanjang jalan gw masih tak habis pikir. Apakah benar nanti gw akan bercinta dengan Tante Tiara ? Rasanya mustahil. . Belum lagi kalau ada Radit dan Raka juga sudah pulang dijemput sopirnya. Sampai di rumah Tante Tiara , ternyata rumahnya sedang sepi.

 Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi. “Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usia gw masih lebih tua darinya. “Oh iya.. Terima kasih, Ning.

 Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kata gw memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa gw datang.

 Gw masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Tiara .

“Tutup saja pintunya, Rizki .” Kata Tante Tiara .

 Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Rani dan Alia , gw merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah gw menutup pintu, belum sempat gw duduk,

 Tante Tiara sudah melangkah menghampiriku. Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dada gw. Gw tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertama gw dengan wanita yang usianya di atasku. Gw takut salah.

 Apa gw harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya gw bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa.

 Akhirnya gw memilih tenang. Gw ingin tahu apa yang Tante Tiara inginkan. Gw akan mengikutinya. Kali ini gw main safe saja. No risk taking this time.

“Tante Tiara adalah masalah?” bisikku.

 Kurasakan pelukan Tante Tiara semakin erat. Dia tidak menjawab. Gw juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan kontolku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Tiara tidak membangkitkan gairahku.






“Gw cuma ingin memelukmu. Sudah lama gw tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. U. . tidak keberatan kan gw memelukmu?” akhirnya Tante Tiara berbicara.

“Tentu saja gw tidak keberatan, Tante. Peluk saja sepuas Tante Tiara . Apapun yang Tante Tiara inginkan dariku, kalau gw mampu, gw akan melakukannya.”
Kurasakan tangannya mencubitku.

“Sok romantis U. ., Rizki . Tante bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu..

 Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. tante akan melakukannya.. Hahaha..

 Gak usah pakai begituan. Tante sudah sangat senang kalau U. . mau kupeluk begini..

 Benar juga kata Tante Tiara . Hari itu gw belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Tiara , kata-kata manis tidak diperlukan.

 Tapi tentu saja, gw tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus. Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata laki-laki itu. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu.

 Dan gw memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.

“Tante Tiara , gw beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” canda gw.

 Memang benar gw merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan gw yakin perasaan Tante Tiara akan menangkap ketulusanku.

“Yah.. Tante simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku.

 U. . juga tidak merendahkan. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Rizki ..” bisik tante Tiara  lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Gw jadi ingin menciumnya.

 Di satu sisi gw tahu bahwa gw salah. Tante Tiara sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal gw menikmati pelukan itu. Bahkan gw ingin lebih dari sekedar pelukan.

 Gw ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Tiara sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti dia sangat haus sekarang. Gw mulai memperhitungkan situasi.



 Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat.. Perlahan gw memberanikan diri menyentuh wajah Tante Tiara . Dengan dua buah jariku, gw membelai wajahnya lembut. Mata gw menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Tiara gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya.

 Gw menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Tiara menyandarkan kepalanya ke dada gw.

“Tante salah, Rizki . Tante mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.
 Gw yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi gw sedang horny. Gw mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Gw tak berani menciumnya.

 Dan Tante Tiara menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Gw tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan gw juga membutuhkannya.

 Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat. Gw segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini gw akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya.

 Gw meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Tiara menggelinjang. Perlahan gw menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Tiara menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku. Dasar cowok, gw mana tahan? Sudah kepalang tanggung.

 Gw nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat gw berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Tiara bergetar hebat saat gw meremas payudaranya.

“Gila U. ., Rizki . tante tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk tante!” tegur Tante Tiara . Gw tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak.

 Gw tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Tiara melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku gw membuka kancing-kancing kemejanya.

 Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Tiara  tertawa melihat ulahku. Kini gw bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Tiara melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaa gw.

 Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telinga gw, sementara kepala gw, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya.

 Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar. Gw bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras.

 Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Tiara semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, gw lebih kuat darinya karena gw rajin berolahraga menjaga stamina. Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah.

 Tante Tiara merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Gw terus menatap matanya dan kembali mencumbunya. Gw tidak akan memaksanya. Tetapi gw punya cara lain. Gw akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.

“Ergh,” kudengar lenguhannya.

 Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif gw mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.
“Rizki ..” rintihnya.

 Telinganya juga sensitif. Tante bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Tiara semakin bergairah.

“Ka.. mu.. Na.. kal. U. . pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..”

jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.

“Tante Tiara cantik sekali. Gw sangat menginginkanmu, Tante..

 Gw ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersama gw..” bisikku

 sambil terus mencium telinganya.

“Tante juga menginginkanmu Rizki .. Tapi tante takut..” jawab tante Tiara .

Ya, gw harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat gw melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik. Mengganjal pintu jauh lebih baik.

 Kulihat Tante Tiara merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka.

 Gw berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya. “Aahh..” Tante Tiara semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini gw sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi. Entahlah, gw sangat tenang dalam melakukannya.

 Semakin intensif gw merangsang titik-titik lemah tubuhnya, gw semakin tenang. Gw seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya gw berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.

 Tante Tiara semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celana gw dan mencari kontolku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya.

 Gw semakin terbakar.

 Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan gw melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Gw menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Tiara nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.

 Perlahan kontolku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Gw merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Gw berani tanpa kondom karena gw yakin dengan kesehatan Tante Tiara . Gw mulai melakukan tugasku.

 Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara kontolku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Gw mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya.

 Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku kontolku lebih sensitif hingga belum begitu lama, gw sudah merasakan di ambang orgasme.

  Segera kuhentikan aksiku. Kucabut kontolku dan gw menenangkan diri. Kami berciuman. Gw tak mau birahi Tante Tiara surut. Setelah agak tenang gw kembali memasukkan kontolku.

 Kali ini gw tidak menggebu dalam memompa kontolku. Gw memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan gw lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Tiara yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.

 Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh.

 Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman. Gw heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom.

 Kontolku terasa agak panas. Gw belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan gw hendak mencapai puncak, gw menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme.

 Gw berusaha seperti menahan kencing. Dan usaha gw berhasil. Setidaknya gw bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Tiara yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Tiara semakin kemerahan.

 Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.

“Tante Tiara  cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku.

 Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.

“Arg.., U. . juga.. Enak sekali, Rizki ..” ceracaunya.

 Tante Tiara bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.

 Sebenarnya gw ingin mengubah posisi lagi. Gw ingin lebih lama bercinta. Tetapi gw agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini.

 Gw khawatir nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Dari bahasa tubuh Tante Tiara , gw yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku.

 Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.
“Agh.. Arrhhk.. tante sudah ham.. pir..” rintihnya.

 Tanganku meraih bra Tante Tiara dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Kontolku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat.

 Gw belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Tiara walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, tante berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru gw menyusul.

“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Tiara

 agak tidak jelas karena sambil menggigit bra. Gw menjaga semangat dan menjaga kontolku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan kontolku juga semakin panas.

 Gw juga sudah mendekati puncak. Aliran pejuuuh dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Tiara semakin menyentak-nyentak.

 Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar. Beberapa saat kemudian gw merasakan tubuh Tante Tiara bergetar hebat.

 Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.

“Aargghh.. Sstt..”

 Gw merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat kontolku semakin panas. Tante Tiara orgasme sementara gw juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya.
 Gw mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan gw mencabut kontolku.

 Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Pejuuuh gw berhamburan

 muncrat di perut dan dada Tante Tiara . Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Gw yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan kontolku, sukses mengantarkan Tante Tiara menggapai orgasmenya.

 Dibandingkan ketika making love dengan Rani  dan Alia , kali ini lebih mendebarkan dan menantang. Tante Tiara segera mencari tissue dan membersihkan ceceran pejuuuh gw. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja.

 Gw pun tinggal merapikan celana gw. Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Tiara .

 Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Gw tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini.

 Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Gw sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.

“Maaf Tante.. Sudah melangkah jauh sekali..” kata gw.

“Ya! U. . tidak sopan sekali, tadi!” katanya
 bergurau tetapi dalam nada agak tegas.

 Kami pun tertawa bersama. Gw memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering.

“Habis Tante Tiara , sudah tahu gw lagi horny malah diundang kemari..” kata gw membela diri.

“Terus terang tante juga lagi pengen, Rizki . Begitu tahu U. . ternyata sudah pengalaman, tante jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi tante sangat takut melangkah.

 Untung U. .nya nekat.. tante jadi terpuaskan, deh.
 Makacih ya..”

Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Tiara bicara manja seperti ini.

 Gw sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga.
 Sisi lembutnya tetap ada.

“Ya.. Gw juga senang sekali bisa memuaskan Tante Tiara . Gw juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Tante Tiara kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”

 “Bukan begitu. tante tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”

 “Oh jangan kuatir..

 Gw selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kata gw menenangkannya.

 Gw tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja gw pegang setir mobil.

“Yah baguslah. tante juga suka karena U. . selalu terlihat bersih dan harum..”

Tante Tiara  mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut.

 Kami terus berciuman sambil berpelukan. Banyak laki-laki melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman.

 Wanita sangat berharga. Jangan sampai kita para laki-laki, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service.

 Ini adalah salah satu kunci yang gw pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersama gw.
 Kami berpelukan dan dengan jelas gw mendengar suara Tante Tiara ..

“Tante menyayangimu, Rizki . Terima kasih buat semuanya. tante merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..” kata-kata ini tidak akan pernah gw lupakan. Sekian
Tante Yang Haus Sex Tante Yang Haus Sex Reviewed by linda on 16.03 Rating: 5

Tidak ada komentar

letak HTML-nya di bawah Letak di tata letak