Image and video hosting by TinyPic

Bercinta Di Dalam Mobil



Cerita ini berawal saat aku ingin menjemput pacarku pulang sekolah, tubuhnya seksi membuatku pengen ngesex setiap hari denganya.. mari kita baca.

Rita Tania atau panggilannya Rita, gadis berkulit putih, dengan tinggi 170 cm, berat badan 54 kg dan ukuran payudaranya saya taksir sekitar 36B, betul-betul anak SMU yang baru berkembang. Awal perkenalan aku dengan Rita, kami janji bertemu di warnet favorit saya dekat mall.

“Hallo.. Om yang namanya Jefri?” tanya seorang gadis SMU pada ku.
“Iya.. Rita ya?” tanya ku kembali padanya sambil memperhatikan wajahnya yang manis, rambut hitam lurus sebahu dan masih memakai Baju SMU-nya.
“Lagi ngapain Om?” tanyanya sambil duduk di kursi sebelah ku.
“Nih ta email yang masuk nich, panggil aja Jefri ya” pintaku.
“Ya, panggil juga saya Rita” jawabnya sambil mepet melihat ke arah monitor komputer.
“Okey, Rita bolos sekolah ya, jangan keserinngan bolos loh” nasehatku.
“Enggak kok, habis nya nggak ada guru, lagi ada rapat tuch”



Wangi juga bau parfumnya, apalagi rok abu-abunya regang lagi, si ucok jadi bangkit nih. Wah, kalo bisa ML sama Rita, enak juga nich.. Huh dasar lagi pusing nich otak, maunya si ucok aja.

“Jef, Rita boleh tanya nggak?”
“Boleh aja, Jefri itu orangnya terbuka kok dan' fair, mau nanya apa?”
“Kalo tamu ceweknya Jefri ngajak jalan-jalan, bayar nggak?”
“Oh itu, ya terserah ceweknya, pokoknya keliling Lombok ditanggung senang dech”
“Masalah hotel, akomodasi dan lain-lain ditanggung tamu, gitu”
“Kalo ML gimana?” tanya Rita bersemangat.
“Kalo ML sich, terserah tamunya, kalo suka sama Jefri, ayo aja”
“Biasanya Jefri selama ini dibayar berapa sich?”
“Ya, kira-kira lima ratus ribu sampai satu jutaan”
“Itu berapa hari?”
“Terserah tamunya aja mau berapa hari, okey, puas?”
“Mmh..” dalam hati Rita seperti pingin menanyakan sesuatu tapi ragu-ragu.
“Kalo Rita udah pernah diciuman belum atau udah pernah ML?” tanyaku.
“Ih, si Jefri nanyanya gitu”
“Ah, nggak usah malu sama Jefri, ceritain aja”
“Belum sich Jef, cuma kalo nonton BF sering”
“Jangan ditonton aja, praktek dong sama pacar” tantang ku sambil menepuk pundaknya.
“Pacarnya Rita itu agak aneh kok”
“Gimana kalo praktek sama Jefri, ditanggung senang dan tidak bakalan hamil”
“Hush, jangan aneh-aneh Jef, Rita udah punya pacar lho”
“Nggak aneh kok, kalo praktek pacar-pacaran” rayu saya, sepertinnya ada peluang nich. Saya harus merayunya supaya Rita tidak ragu-ragu lagi.
“Iya sich, tapi..” jawabnya ragu-ragu.

Setelah selesai membalas email yang masuk, saya berencana mengajak Rita ke pantai Senggigi, siapa tahu ada kesempatan, ucapku dalam hati. Ternyata Rita itu tinggal bersama ibunya yang masih berumur 40 tahun dan suaminya tugas keluar pulau selama beberapa bulan.

“Mau nggak ke pantai jalan-jalan, tadi Rita naik apa?”
“Naik mobil, pake mobil Rita aja” ajaknya bersemangat sambil menggandeng tangan saya seperti Paman dan keponakannya.

Ternyata mobilnya memakai kaca rayban gelap dan ber-AC lagi, jadi siang itu kami menuju ke pantai senggigi dan sebelumnya kami membeli beberapa camilan dan saya juga membeli kondom, biasa.. he.. he..

Rita menjalankan mobil dengan santai, tapi saya jadi tegang terutama si ucok dan bukan mobilnya yang jalan santai yang membuat saya tegang, rok abu-abunya itu lho. Sudah Rengang, pas duduk di dalam mobil otomatis bertambah pendek saja hingga memperlihatkan setengah bagian pahanya yang putih mulus dan masih kencang.

“Eh, Jef kok bengong, ngelamun jorok ya?”
“Eh.. Eh.. Nggak juga” jawab saya tergagap-gagap.
“Terus kenapa Litatin pahanya Rita terus”
“Badanmu itu bagus kok, rajin fitnes ya?”
“Pasti, supaya badan Rita tetap fit dan seksi. Gimana, seksi nggak?” tanyanya tersenyum.
“Seksi bo! Eh Rit parkir aja yang di pojok tuch” tunjukku pada sebuah pojokan, agak menjauh dari jalan raya dan terlindungi oleh pepohonan, asyik nih siapa tahu bisa indehoy.

“Bagus juga tuch tempatnya” jawab Rita setuju sambil memarkirkan mobilnya hingga pas dengan lebatnya pepohonan, yang kalau dari jalan raya tidak kelihatan dan juga tempatnya sepi, jauh dari permukiman dan lalu lalang orang, paling-paling orang yang berjalan di pantai, itupun agak samar-samar.

Setelah Rita parkir, kami saling curhat tentang masalah pribadi Rita yang belum pernah ML dan ibunya yang sering kesepian ditinggal suaminya pergi.

“Ngomongnya nggak enak ya kalo kita berjauhan begini”
“Maksudnya Jef?”
“Rita duduk aja dekat Jefri”
“Tapi kursi itu kan cuma satu”
“Ayo dong Rita, duduk sini kupangku” rayu saya sambil menarik tangan kanannya.
“Malu ah, dilihat orang” jawabnya ragu-ragu sambil melihat ke arah pantai.
“Berarti kalau nggak ada orang nggak malu dong” ucapku sambil menarik tangannya agar mendekat pada saya.
“Ya.. Nggak gitu” jawabnya ragu-ragu.

“Saya udah jinak kok apalagi si Ucok ini paling jinak” goda saya lagi sambil menunjuk kontol saya yang sudah agak menggembung.
“Ih jorok ih” jawabnya tertawa pelan.
“Mau nggak?”
“Emm.. Bagaimana ya”
“Mau dech..” dan akhirnya dengan paksaan sedikit dan si Rita yang ragu-ragu untuk duduk, saya berhasil menariknya bahkan Rita duduk dengan sedikit ragu.

Saya pangku Rita sambil melihat kembali ke arah pantai. Posisi Rita yang saya pangku menyamping hingga kalau melihat ke pantai agak menoleh sedikit. Posisi itu sungguh enak dan kelihatan si Rita juga menikmatinya, kelihatan dari tangan kanannya yang melingkar pada bahu saya.

“Oh ya, Jefri mau nanya hal pribadi, boleh nggak?”
“Boleh aja, Rita itu orangnya terbuka kok” jawabnya sambil menggeser pantatnya supaya tidak terlalu merosot. Wah si Ucok saya jadi berdiri gara-gara si Rita memperbaiki posisi duduknya hingga pantatnya yang semok semakin mepet sama si ucok.

“Rita pernah ML nggak?”
“Mmh.. Gimana ya” jawab Rita ragu-ragu sambil menggigit jari kelingking tangan kirinya.
“Ceritain dong..” bujuk ku sambil mengelus pahanya yang masih terbungkus rok abu-abunya yang mini.

Lumayanlah sebagai permulaan pemanasan, ini kesempatan kalau Rita mau making love sama saya dan kalau tidak mau paling ditolak atau ditampar atau ditinggalkan, tapi dari perasaan saya sih, sepertinya mau.

“Pernah sih sama pacar, tapi itu dulu sebelum putus”
“Kok putus, kenapa emangnya?” tanyaku sambil tangan kiri saya memegang pinggangnya yang langsing.

“Sebetulnya Rita sayang sama dia, kalau cuma ML sich tidak apa-apa”
“Yang penting pake kondom supaya aman”
“Terus apa masalahnya?”
“Ya itu, saat mau MLnya agak aneh, masak Rita diikat dulu”
“Wah, itu sich namanya ada kelainan namanya, harusnya dengan lembut”
“Oh ya, Jefri kalau ML sama tamunya secara lembut ya”
“Tentu saja, maka banyak cewek yang senang dengan cara yang romantis dan lembut”
“Asyik dong”
“Mau nyobain nggak?” tantang saya sambil mengelus tangan kirinya yang ternyata sangat halus.
“Wuhh.. Maunya tuch” jawab Rita mencibirkan bibirnya yang seksi.
“Pegang aja boleh nggak ya?” tanya saya mengiba dan tangan kanan saya mulai mengelus-ngelus pahanya yang masih terbungkus seragam sekolahnya dengan lembut.
“Emh.. Gimana ya.. Dikit aja ya” jawab Rita mengejutkan saya yang tadinya cuma bercanda, eh tidak tahunya dapat durian runtuh.
“Rita, mau bagian mana dulu?” goda saya sambil mengelus punggungnya yang halus.
“Ih genit ah..” candanya manja.

Saya naikkan tangan kanan saya mencoba menjamah payudara kirinya yang masih terbungkus baju sekolahnya dan kelihatannya tidak ada penolakan dari Rita. Dengan nerlahan lehernya saya cium perlahan lahan dan rabaan tangan saya berubah menjadi remasan supaya membangkitkan gairahnya. Ternyata Rita adalah tipe cewek yang libidonya cepat naik.

“Geli.. Jef..” rintihnya pelan, tangan kirinya membantu tangan kanan saya untuk lebih aktif meremas payudara kiri dan kanannya secara bergantian. Lehernya yang putih saya ciumin dan jilat semakin cepat.
“Sst.. pe.. lan.. Jef..”

Setelah beberapa menit, tiba-tiba Rita menurunkan tangan saya dan tangannya dengan terampil melepas tiga kancing atas bajunya serta mengarahkan tangan ku masuk ke dalam baju seragam SMU-nya dan tangan kirinya mengusap pipi saya. Tangan kananku yang sudah setengah masuk baju seragamnya langsung masuk juga dalam BH-nya yang ternyata berwarna putih polos. Gundukan payudaranya ternyata sudah keras dan tanpa menunggu aba-aba saya remas payudaranya dengan perlahan, kadang-kadang saya pelintir puting susunya.

“Jef.. Sst.. Mmh.. Yang ki.. ri.. sst..” rintihnya pelan takut kedengaran.
“Rita, boleh nggak saya ci..” belum sempat habis pertanyaan saya, Rita sudah mencium saya dengan lembut yang kemudian saya balas ciumannya.

Semakin lama lidah saya mencari lidah Rita dan kami pun berciuman dengan mesra, bahkan saling menjilat bibir masing-masing. Sambil berciuman, kancing baju atas seragam Nita yang tersisa itu pun langsung saya lepas hingga tampaklah payudaranya dengan jelas. Kembali saya cium payudaranya. Selama beberapa menit berciuman, kuluman dan hisapan pada putingnya membikin Rita bergairah dan mendesis, untung saja pada saat itu masih sepi dan bukan hari libur atau hari minggu.

“Mmh.. gan.. ti.. sst.. kiri.. sstt..” rintih Rita memberi aba-aba sambil tangannya meraih kepala saya dan menggeser serta menekan pada payudaranya.
“Ter.. Us.. Sst.. Jef..”

Tangan kanan saya yang sedang berada di pusarnya turun meraba masuk ke dalam rok abu-abunya dan mengelus memeknya yang masih terbungkus Celana Dalam searah jarum jam.

“Sst.. Terus.. Jef” rintih Rita yang ikut membantu menyingkapkan rok abu-abu SMU-nya ke atas hingga pantatnya yang putih menyentuh paha saya yang masih terbungkus celana jins.

Setelah beberapa saat, saya masukkan tangan kanan ke dalam Celana Dalam putihnya yang ternyata ditumbuhi bulu yang terawat rapi dan saya usap beberapa menit.

“Sst.. Jef.. Ge.. Li.. Mmh..” gumam Rita pelan sambil matanya menatap setengah sayu. Gerakan jari tangan saya keluar masukkan ke dalam memeknya yang mulai basah.
“Mmh.. Sst.. Enak.. Jef.. Te.. Rus.. Agak cepe.. tan.. Sst”
“Sst.. Ya.. Nah.. hmmm.. Gitu” rintih Rita yang kelihatan mulai terangsang hebat.

Tangan kiri saya yang tadinya hanya mengusap-usap pinggangnya jadi aktif meremas payudara kirinya dan saya percepat permainan tangan pada memeknya dan tiba-tiba saja Rita menjepit tangan ku dan disusul keluarnya cairan putih, berarti Rita telah orgasme yang pertama.

“Mmh.. Nikmat juga ya rasanya Jef” ucap Rita sambil memandangku sayu.
“Mau nggak ngerasain si Ucok?” bujuk saya melihat Rita yang sedang terangsang berat.
“Mmh..” gumannya pelan, agak ragu Rita menjawab tapi akhirnya Rita pindah ke belakang mobil, wah tambah asyik nich.

Saya juga berpindah ke belakang mobil sambil melepas celana jins serta CD saya sampai bagian bawah saya bugil dan atasnya masih memakai kaos, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada orang lewat.

“Jef.. Pelan aja” ucap Nita pelan sambil melepas Celana Dalam berwarna putih Rita hingga sekarang bagian bawah atasnya juga bugil cuma memakai baju seragam SMU-nya tanpa BH.
“Ya, Sayang, aku pakai kondom dulu ya supaya aman” jawab ku sambil mengambil posisi duduk menghadap ke depan dan mengarahkan Rita dalam posisi ku pangku dan menghadap ku. Pantatnya yang semok aku pegang dengan kedua tangan dan memberi arahan pada Rita.

“Pegangin si ucok, ya tangan kanan” pinta saya pada Rita yang memegang kontolku dan mengarahkan ke memeknya yang masih sempit.
“Nanti Rita dorong ke bawah ya, kalau udah pas kontolnya”
“Aduh.. Sakit..” rintih Rita karena kontol saya meleset pada bibir vaginanya.

Kembali saya arahkan kontolku pada lubang vaginanya, pada usaha keempat, bless akhirnya masuk kepala dulu.

“Sst.. Pe.. Lan.. Jef..” Rintih Rita sambil memegang tangan kiri saya dengan tangan kanannya dan mengigit bibir bawahnya dengan pelan.
“Pertamanya sakit kok, tapi agak lama juga enak” bujuk ku sambil mendorong pinggulnya ke bawah hingga lama kelamaan, bless..
“Akhh..” jerit Rita lirih karena kontol ku semuanya masuk di dalam memeknya.
“Gimana rasanya?”

“Sakit sich, tapi.. Geli..”Ucap Rita mencium saya dengan lembut. Dengan perlahan saya sodok memeknya naik turun hingga Rita mendesis lirih.
“Sst.. Agak.. ee.. tengah.. sst..” rintih Rita lirih sambil menggoyangkan pinggulnya hingga sodokan dan goyangan itu menimbulkan bunyi clop.. clop.. clop.., begitu kira-kira.

Semakin lama sodokan kupercepat disertai dengan goyangan Rita yang semakin Liar hingga tangan saya kewalahan menahan posisi Memeknya agar pas pada kontol saya yang keluar masuk semakin cepat. Bahkan payudaranya bergoyang-goyang ke atas ke bawah, kadang membentur muka saya, sungguh nikmat sekali.

“Barengan ya keluarnya ya.. Mmh..” perintah saya pada Rita karena sepertinya lahar putih saya sudah sampai puncaknya, jadi saya berusaha bertahan beberapa menit lagi.
“Mmhm.. Sst.. Ya.. Jef..”
“Ce.. Petan.. Sst.. Jef..” rintih Rita sambil memeluk dan menjepit saya dengan keras. Rupanya Rita sudah mencapai puncaknya dengan goyangannya yang semakin keras.

“Ssrtss.. Seka.. Rang.. Sst.. Akhkk..” jerit Rita karena keluarnya cairan putih itu yang berbarengan dengan bobolnya pertahanan saya, secara bersaman kami saling memeluk menikmati sensasi yang luar biasa itu.

Beberapa saat kami masih berpelukan disertai tetesan keringat yang membasahi badan padahal mobil masih menjalankan AC-nya hampir full.

“Gimana rasanya, puas nggak” tanyaku sambil mencium bibirnya yang indah itu.
“Ternyata enak juga ML sama Jefri ya”
“Lain sama pacarnya Rita, agak kasar sich” celotehnya sambil melepaskan pelukan saya dan mengenakan kembali Celana Dalam dan BH-nya yang berwarna putih itu, setelah Rita kembali memakai baju sekolahnya dan tentu saya juga, jam telah menunjukkan jam 11.45 siang.

“Sebagai tanda terima kasih, gimana kalau Jefri kutraktir”
“Boleh saja, sekarang kita kemana?” tanyaku melihat Rita menjalankan mobilnya menuju kota.
“Pulang dong” jawabnya manja.
“Lho, terus saya ngapain”
“Nanti kukenalin sama mamanya Rita dan adiknya Rita, mau nggak Om?”
“Okey..”

Ternyata Rita tinggal di perumahan mewah, pantas bawanya mobil. Tampak seorang wanita yang anggun dan cantik berusia kurang lebih 40 tahun sedang membaca sebuah majalah. Tapi yang menarik perhatian saya, baju longdress yang dipakainya dengan belahan atas yang rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang berwarna putih itu, mungkin lebih besar daripada punya Rita, tingginya kira-kira 165 cm/52 kg.

“Selamat siang Bu” sapa saya sopan.
“Selamat siang Pak” jawabnya ramah sambil bersalaman dengan saya.
“Ini Ma, guru privat matematika Rita yang baru, rencananya sich abis makan siang kami belajar”
“Oh ini toh, yang namanya Pak Jefri yang sering diceritain Rita”
“E.. Eh.. Ya..” jawab saya tergagap-gagap karena begitu lihainya Rita memperkenalkan saya sebagai guru privatnya, pelajaran matematika lagi, aduh.. gawat padahal saya tidak bisa apa-apa.

Setelah berbicara dengan ibunya mengenai les dan biaya tetek bengek lainnya, disepakati bahwa les privat cuma bisa saya lakukan dua minggu, itu pun harinya selang seling. Siang itu saya makan bersama Rita setelah ditinggal ibunya pergi keluar dan baru pulang sore hari. Rita sudah berganti pakaian dengan celana pendek dan kaos ketat khas ABG.

“Gila kamu Rita, nanti kalau ketahuan ibumu gimana?”
“Tenang aja Jef, mama itu jarang kok nyampurin urusan Rita”
“Oh, gitu”
“Katanya Jef mau ngajarin Rita” goda Rita penuh arti sambil mengerling nakal. Ini baru namanya surga dunia, setelah puas makan kami mengobrol sambil menonton film DVD yang dibawa Rita.

Selama dua minggu itu sebelum Rita akhirnya pindah ke Jakarta, kami sering ML tanpa sepengetahuan mamanya, pokoknya hampir setiap bertemu dengan berbagai posisi, yang sering di mobil, kamar tidur, kamar ku, bahkan di suatu acara ulang tahun mamanya, saya diundang.

“Gimana Jef, ramai nggak ulang tahun mama saya?”
“Wah, ramai Banget, pasti papamu pejabat ya?”
“Ah enggak kok, Papa hanya pengusaha”

“Oh gitu” jawab ku sambil memperhatikan Rita yang malam itu memakai gaun yang sungguh indah, apalagi belahan atas gaunnya sungguh rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang putih mulus itu, mungkin tidak pake BH, gaunnya yang berwarna hijau cuma sebatas di atas lutut. Bahkan kalau Rita duduk dan saya perhatikan gaun bawahnya, mungkin dengan sengaja Rita membuka gaun bawahnya hingga memperlihatkan Celana Dalamnya yang berwarna merah muda itu. Wow, sungguh membuat si ucok berontak, tapi saya pura-pura cool saja.

“Jef, Rita lagi pengin nich, gimana?” tanya Rita tiba-tiba sambil mendekat pada saya.
“Kita cari ruangan yuk” ajak ku yang kebetulan tadi melihat ruangan dekat taman sedang kosong.
“Lho kok ke sini, kenapa nggak di kamar aja?” tanya Rita heran.
“Bosan ah di kamar, cari variasi lain, mau nggak?”
“Ayo, cepetan waktunya mepet nich” gandeng Rita terburu-buru.

“Rita, kamu malam ini can..” belum sempat aku berkata romantis sudah dipotong Rita dengan ciumannya yang melumat bibir ku dengan ganas, kami pun berciuman dengan alot sambil tanganku masuk ke belahan gaunnya dan meremas payudaranya dengan gemas.
“Mmh..” gumam Rita karena bibirnya sudah menyatu dengan bibir ku'sambil tangannya membuka resleting celana panjang ku dan meremas-remas kontolku yang sudah tegang sejak tadi.

Beberapa menit kami saling melakukan ciuman dan remasan hingga akhirnya Rita mendorong ku berlahan.

“Ayo Jef, buka celanamu” perintah Rita sambil melepas Celana Dalam ku dan Rita mengambil posisi berjongkok untuk menghisap kontolku dengan sedotan yang agak keras.
“Pe.. Lan.. Aja..” pinta ku pada Rita karena kerasnya hisapan Rita hingga semua kontol ku masuk ke mulutnya. Beberapa menit telah berlalu dan aku sudah tidak tahan dengan posisi tersebut.

“Gantian dong..” pinta ku pada Rita sambil aku berjongkok dan membuka Celana Dalam merah mudanya dan menghisap memeknya dan mencari clitorisnya, menghisap dan menjilat sampai dalam memeknya hingga semakin banyak cairan yang keluar dari memeknya, Rita semakin merintih-rintih dalam posisi berdiri.
“Sst.. Isep.. Yang keras.. Jef.. Sst..”
“Udah Jef.. Sst.. Ayo..” rintihan dan celotehan Rita memintaku untuk segera memasukkan kontolku ke dalam memeknya.

Kami sekarang berdiri tapi Rita menghadap ke tembok, aku singkap gaunnya dari belakang, dengan dibantu Rita aku berusaha memasukan kontol saya dari belakang pantatnya. Akhirnya masuk semua kontolku dalam memeknya, sodokan demi sodokan dengan cepat membuat Rita merintih meminta saya segera mengakhiri permainan itu, beberapa puluh menit kemudian..

“Sst.. Ayo.. Jef.. Sst.. Keluarin..”
“Rita udah pegel nich sst..” rintih Rita lirih karena kami jarang melakukannya dalam posisi berdiri.
“Sst.. Aduh.. Akhkk..” Dan akhirnya croott.. croot.. Keluarlah sperma putih itu bersamaan dengan jeritan Rita.

Itulah malam terakhir kami sebelum Rita dan mamanya pindah ke Jakarta mengikuti tugas papanya yang ku dengar dipromosikan jadi general manager di sana. Selamat jalan Rita, sampai jumpa lagi di lain waktu, dan kalau kamu membaca cerita ini, jangan lupa ya kasih komentarmu bagian mana yang kurang.
Bercinta Di Dalam Mobil Bercinta Di Dalam Mobil Reviewed by linda on 17.02 Rating: 5

Tidak ada komentar

letak HTML-nya di bawah Letak di tata letak