Image and video hosting by TinyPic

ML Dengan Bapak Ku yang Tercinta



Aku dan istriku tidak pernah memiliki apa yang kalian biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama kehidupan seks kami yang bisa kukatakan sangat membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang ‘hal dan orang lain’. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film Bokep di malam hari saat semua orang di rumah tidur.

Yang membuatku terkejut, kebanyakan film bokep itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah Sexy.

Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat disukai. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang halus, basah, dan biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihati cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih telit saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik baju tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.

Yang tertua adalah Risma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Risma juga mempunya pantat yang Padat dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.

Yang paling muda Rini. Rini mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tidak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek.

Riska yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang sampai melewati bahunya, dan matanya selalu tampak mempesona. Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Riska lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Riska lah yang ada dalam benakku!

Kisah ini berawal dengan Risma dan temannya Clara. Clara setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Clara selalu menginap di rumah kami setidaknya sebulan sekali . Clara sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.



ketika malam Tiba, Clara menginap, aku mulai melihat film Bokep seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Risma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.

Aku mendekat ke pintu kamar Risma dan lebih mendengarkan apa yang telah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.

Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Clara dan Risma berbaring di lantai dengan Rini diantara mereka. Kepala Clara berada diantara paha Risma dan kepala Rini ada di sela paha Risma..

Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Risma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Clara menjilati Clitorisnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Risma. Mata Risma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Clara.

Aku terus memperhatikan mereka Sampai paha Risma mencengkram kepala Clara dan terlihat sepertinya dia akan ‘memecahkan’ putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Clara. Kelihatannya Clara juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Risma dengan cairan memek yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kulihat, kulihat Riska sedang berdiri di depanku. Riska memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..

“Apa Papa menikmatinya?” lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.

“Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.”

“Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?” tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.

Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan mereka, tapi..

“Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa.” Aku dengar suara Risma saat aku mulai menjauhi mereka.

“Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”

Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang sexy. Fantasiku hampir saja menjadi nyata.

Aku pergi ke kamarku dan tiduran disamping istriku. Biasanya saat aku dan istriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..

“Bagaimana denganku?” kudengar istriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.

Dia bergerak naik ke atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Istriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan Clitorisnya saat dia bergerak diatasku.

Melihat istriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Risma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan clitorisnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan memek istriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.

Istriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada kontolku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.

“Tadi sungguh hebat” Ucap istriku.

“Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.”

Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..

“Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?”

Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Risma dan Clara berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Clara yang belepotan dengan cairannya Risma yang melintas di benakku.

“Ups, terlambat!” kata Risma saat mereka meninggalkan kamar.

Aku langsung bangun dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba istriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.

“Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.”

Istrriku berjongkok di depanku dan memasukkan kontolku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. kontolku semakin membesar dan kurasakan kepala kontolku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada kontolku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Istriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.

Pelan-pelan dikeluarkannya kontolku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan kontolku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.

“Kamu menyukainya sayang?” tanyanya.

Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Istriku mulai menaikkan temponya sampai aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..

“Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu.” ucapnya.

Istriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, mendekat kan pantatnya padaku. Kontolku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.

“Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” ucapnya.

“Kembalikan ke tempat semula!”

Dia meraihnya dan lalu mengembalikan kontolku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan nya, kepala kontolku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.

Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukin seluruhnya. Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpesona akan pemandangan kontolku yang terjepit dalam lubang anusnya. Lalu berlahan aku bergerak mundur.

Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan meluncurkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untungnya dia mendapatkan orgasme sebelum aku.

Saat kurasakan orgasmenya segera meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya, milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya. Isteriku berteriak saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan lubang anusnya.

Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.

“Tadi benar-benar indah” katanya.

“Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV.”

Anak-anakku, tanpa Clara pulang tak lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu sore.

Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?

Saat aku pulang kerja di hari Jum’at, anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Clara ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Riska ingin temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Riska, memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.

Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.

Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.

“Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”

“Ya!” kudengar jawaban dari kamar Risma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.

“Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.

“Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Risma.

Aku mendekat ke kamar Risma dan ternyata pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih terbuka.

“Apa yang kalian lakukan?”
“Sedang menunggu Papa.” Riska menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
“Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.”
“Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.
“Tidak, aku tak akan melakukannya!” kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Risma.

“Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?”

Riska menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang menunggu untuk segera dihisap.

“Bisa apa aku menolak mereka?” pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.

Kurasakan puting Riska membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan.
Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Risma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Riska memandangku..

“Ya, Riska masih perawan, dan jari Papa adalah benda pertama yang memasuki vagina Riska. Riska harap penis Papalah yang kedua.” aku membungkuk dan mencium Riska, bibir kami seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang sempurna.
Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan Riska dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.

“Kita dapat melanjutkannya nanti.” kataku padanya.

Kudorong Riska ke tempat tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian aku bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.

Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Riska telah basah dan siap untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa yang segera menantiku didepan wajahku ini.

Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak beranda keperawanannya. Riska mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Riska sangat panas, basah dan rapat!

Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku terus menekan kedalam dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.

“Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji sakitnya hanya sebentar saja.” kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol juga dinding itu.

“Aargh! Gila! Sakit, Pa!” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.

“Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang.” dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.

“Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.

“Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”

Aku mulai menarik dengan pelan, hanya beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut.
Aku khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.

Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada penisku. Riska mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan tubuh kami mengantarku semakin dekat pada batas akhir.

“Ya Pa! Ya! Rasanya Riska hampir sampai!”

“Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.

Tubuh Riska bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.

“Riska, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan.” aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.

“Aku dengar itu!” kata isteriku.

“Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”

Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar ‘kesenanganku’ baru saja akan dimulai


ML Dengan Bapak Ku yang Tercinta ML Dengan Bapak Ku yang Tercinta Reviewed by linda on 18.03 Rating: 5

Tidak ada komentar

letak HTML-nya di bawah Letak di tata letak